Dear Prabowo, Ini Sektor Teknologi untuk Pertumbuhan Ekonomi 8%
Hide Ads

Dear Prabowo, Ini Sektor Teknologi untuk Pertumbuhan Ekonomi 8%

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 03 Sep 2024 16:08 WIB
Pemerintahan Prabowo-Gibran menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%, sektor teknologi bisa menjadi pendongkraknya.
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
Jakarta -

Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% dalam lima tahun ke depan. Di era digital, sektor teknologi bisa menjadi pendongkrak target pertumbuhan ekonomi nasional tersebut.

Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan, mengatakan mendukung pembangunan AI data center yang belakangan ini gencar dilakukan perusahaan teknologi. Sebagai informasi, Digayuza juga turut membantu mengedit buku Prabowo lainnya.

"Ibu bapak semua, bapak Prabowo ini sudah ingin jadi presiden sejak 20 tahun yang lalu dan sejak 20 tahun itu juga beliau menuliskan gagasan-gagasan yang kebangsaan yang beliau jalankan jika mendapatkan mandat sebagai Presiden RI," ujar Digayuza di acara Indotelko dengan tema Unlocking Digital for 8% Growth di Jakarta, Selasa (3/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dirgayuza mengungkapkan, salah satu strategi mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dengan mendukung pembangunan AI data center. Sebab, dalam lima tahun ke depan kapasitas data center dunia akan naik jadi 95 giga watt (GW) dari saat ini 57 GW, dengan pasokan dari Energi Baru Terbarukan (EBT) selama 24/7, dimana saat ini sekitar 14 sen per Kwh.

Ditambahkannya, kehadiran AI Data Center juga akan berimplikasi ke sektor lainnya. Dicontohkannya Meta menggunakan 13 GW dari 57 GW, mereka juga investasi ke geothermal. Ini bisa jadi peluang power purchase agreement bagi perusahaan geothermal RI, terutama di Jawa dan Sumatera.

ADVERTISEMENT

Lanjut soal data center AI, tembaga sangat berkaitan dengan hal ini, sementara Indonesia sudah menggalakkan hilirisasi tembaga. Akibat AI, Harga tembaga naik hingga 5 dollar AS per pound dan kebutuhan akan tenaga akan naik dalam 5 tahun ke depan. Tembaga ini penting untuk kabel, terutama untuk data center, serta untuk kendaraan listrik (EV).

"Kunci pertumbuhan 8% adalah kolaborasi, kebersamaan. Butuh kerja sama yang kuat swasta dan pemerintah. Semua perlu duduk bareng dengan time frame yang sedikit. Selain itu, kita harus berbicara bahasa yang sama, yakni bahasa peluang. Kita harus melihat peluang dunia yang sama dan kita perlu pahami kemampuan kita agar bisa ajak para mitra agar bisa bertumbuh bersama Indonesia," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri Indonesia Digital Society Forum (IDSF) Muhammad Awaluddin, mengingatkan butuh orkestrasi yang matang untuk mengoptimalkan ekonomi digital.

"Dukungan dan pondasi yang kokoh yang dibangun harus jadi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pasar kita besar harusnya kita jangan jadi sekadar objek pasar yang kita enggak dapat banyak manfaat," kata Awaluddin.


Sementara itu, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (Korika) Sri Safitri menambahkan teknologi menjadi enabler untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi 8%.

"Digitalisasi jadi kunci mendongkrak ekonomi 8%, agar Indonesia tidak terjebak jadi negara middle income trap, karena jika dalam 2030-2035 Indonesia tidak memanfaatkan potensi yang ada maka selamanya Indonesia akan jadi negara kelas menengah," ungkap Sri.

Safitri membeberkan pentingnya kecerdasan buatan atau AI sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia. Sebab, AI mampu mendorong efisiensi, inovasi, dan daya saing di berbagai sektor.

"Untuk mendukung program Pemerintahan Prabowo-Gibran, AI dan IoT juga bisa digunakan untuk mendorong program Makanan Bergizi Gratis tepat sasaran, besaran gizi, rute menuju lokasi sekolah dan sebagainya. Begitu juga untuk program renovasi sekolah dan rumah warga, pengembangan infrastruktur hingga hilirisasi pangan," pungkasnya.




(agt/fay)