Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mengingatkan ancaman hoax menjelang Pemilu 2024. Apalagi konten video deepfake yang bisa mengelabui warga seiring masifnya penggunaan media sosial.
Hoax yang menyebar saat ini tidak hanya berbentuk teks saja, tetapi semakin canggih, yakni berbentuk video yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Lewat teknologi deepfake, tiruan wajah menyerupai seorang tokoh bisa dibuat mengucapkan sesuatu yang dianimasikan memakai AI. Jika yang diucapkan bohong, dikhawatirkan ada yang percaya karena mengira itu adalah tokoh asli yang bicara, padahal animasi yang realistis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhajar mengungkapkan dengan menggunakan teknologi AI, hoax berbentuk video itu memungkinkan menyerupai orang lain, baik dari wajah hingga suara. Hal itu bisa mengelabui masyarakat bila tidak teliti maupun mengonfirmasi kebenarannya.
"Saya ingin menyampaikan tugas berat rekan-rekan, menangkal hoax, berita bohong. Berita bohong selama ini kadang-kadang kan mungkin izin lewat tulisan, tapi hari ini ada berita bohong yang menakutkan ini, ancaman penggunaan teknologi deepfake ini pemalsuan video yang mutakhir," ujar Suhajar dalam Pengukuhan Pengurus Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) di Jakarta, Senin (23/10/2023).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo, Usman Kansong, mengatakan hoax berbentuk deepfake ini juga menjadi perhatian pemerintah, terutama saat ini yang sudah mulai terasa Pemilu 2024.
Disampaikan Usman, Kominfo terus berkomunikasi dengan platform digital, seperti Google hingga Twitter terkait mengantisipasi penyebaran hoax Pemilu 2024.
"Karena sehebat apapun keinginan orang untuk menyampaikan hoax, tidak akan akan tersampaikan kalau platformnya concern," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Usman, Google memiliki teknologi mengatasi video deepfake yang mana jika sudah terindikasi, maka akan diberi tanda berupa watermark. Dengan harapan masyarakat dapat mengetahui bahwa itu adalah hoax.
"Platform harus segera men-take down kalau ada deepfake atau hoax lainnya. Semakin lama beredar di platform, maka akan makin dipercaya," tuturnya.
"Kita kerja sama dalam konteks take down hoax atau deepfake dari platform. Selain mendorong menciptakan teknologi yang bisa mencegah deepfake atau hoax. Kita menggandeng platform itu untuk bersama berkontribusi mewujudkan pemilu yang berkualitas," sambungnya.
(agt/fay)