Mencari Sosok Ideal Menkominfo Baru, Siapa yang Cocok?
Hide Ads

Mencari Sosok Ideal Menkominfo Baru, Siapa yang Cocok?

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 29 Mei 2023 13:18 WIB
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
Mencari sosok ideal Menkominfo baru. Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
Jakarta -

Sejumlah tokoh terus dikaitkan untuk mengisi kekosongan jabatan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Pengamat telekomunikasi Agung Harsoyo mengingatkan agar jabatan Menkominfo ini sangat vital.

Untuk itu, yang menduduki sebagai pengganti Johnny G Plate yang terseret kasus dugaan korupsi BTS 4G ini harus merupakan sosok yang paham akan industri dinakhodai Kominfo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agung yang juga mantan Komisioner BRTI periode 2015-2020 ini mendukung Presiden Joko Widodo untuk memilih sosok Menkominfo baru yang memiliki kompetensi di industri Pos, Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran (Postelsiar).

ADVERTISEMENT

Sebab, kata dia, jabatan Menkominfo saat ini dinilai penting untuk menjaga pertumbuhan industri Postelsiar di era industri 5.0.

"Dalam hal ini, dibutuhkan Menkominfo yang memiliki kemampuan mengembangkan tiga hal sekaligus, industri tumbuh, harga terjangkau bagi masyarakat, dan memberikan kontribusi bagi masyarakat serta pemerintah. Sehingga nantinya sosok Menkominfo dapat terus menjaga keberlangsungan industri Postelsiar ke arah yang lebih baik," kata Agung dalam pernyataan tertulisnya, Senin (29/5/2023).

Sebagai informasi, sederat program kerja masih menanti dituntaskan Kominfo pada tahun ini dan tahun depan, mulai dari pembangunan BTS 4G di pelosok, peluncuran Satelit Republik Indonesia atau satelit Satria-1, Hot Backup Satellite, Pusat Data Nasional, Analog Switch Off (ASO), hingga Palapa Ring Integrasi.

Adapun tokoh-tokoh yang dihubungkan mengisi kursi Menkominfo baru, yaitu mulai dari Wishnutama Kusubandio, Andika Perkasa, hingga Hary Tanoesoedibjo.

Selain memiliki kompetensi di industri Postelsiar dan rekam jejak yang baik, lanjut Agung calon Menkominfo harus dapat mendukung seluruh program transformasi digital dan mewujudkan digital dividen yang menjadi objektif Presiden Joko Widodo saat ini, termasuk mendukung terwujudnya program penghentian siaran analog atau ASO.

Adapun, saat ini program migrasi TV analog ke digital itu menjadi salah satu program strategis nasional dan masuk dalam UU maupun PP.

Disampaikan dosen STEI ITB ini, potensi PNBP yang kemungkinan diperoleh pemerintah dari program ASO dan pemanfaatan frekuensi 2600Mhz ke depan ini sangat besar. Potensi domino efek dari tumbuhnya ekonomi nasional akibat kehadiran 5G yang menggunakan frekuensi 700 Mhz dan 2.600 Mhz.

"Jika wasit merangkap pemain, akan membuat industri Postelsiar di Indonesia tak akan berkembang dengan adil," pungkas Agung.




(agt/fay)