Sinyal 4G makin menguat di tanah Papua. Hal itu ditandai dengan beroperasinya Base Transceiver Station (BTS) 4G di Desa Sawyatami, Kabupaten Keerom, Papua.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut merupakan bagian dari implementasi paket kontrak payung pemerataan BTS 4G di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan di daerah 3T ini telah menjadi fokus utama sejak dibentuknya Bakti tahun 2006," ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) Kementerian Kominfo, Anang Latif, Jakarta, Selasa (7/12/2021).
"Pemerintah Indonesia memberikan perhatian pemerataan pembangunan, khususnya bagi sektor pendukung transformasi digital. Pandemi ini membuktikan bahwa kebutuhan infrastruktur telekomunikasi andal dan berkualitas sangatlah besar, tidak hanya penduduk perkotaan tapi juga di perbatasan dan daerah terpencil," tuturnya.
Anang mengungkapkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut dapat mengatasi kesenjangan digital, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan memicu kemandirian, baik bagi industri dan masyarakat di wilayah pelosok.
"Upaya pembangunan akses internet yang merata adalah proses yang panjang nan terjal. Begitu pula pembangunan BTS 4G sebanyak 7.904 lokasi yang diselesaikan tahun 2021 hingga 2022," ungkapnya.
Sebagai informasi, paket kontrak payung percepatan pemerataan BTS 4G di wilayah 3T ini terdiri dari lima paket.
Kontrak Paket 1 dan Paket 2 dikerjakan Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data dengan Bakti Kominfo. Total nilai kontrak tersebut sebesar Rp 9,5 triliun.
Kemudian, Paket 3, 4, dan 5 oleh konsorsium PT Aplikanusa Lintasarta, Huawei, dan PT SEI untuk Paket 3, serta IBS dan ZTE untuk Paket 4 dan Paket 5 dengan total nilai kontrak Rp 18,8 triliun.
Upaya ini sebagai salah satu cara Kominfo untuk menghadirkan akses internet, di mana ada 12.548 desa/kelurahan yang belum terjangkau jaringan 4G dari total 83.218 desa/kelurahan di Indonesia.
(agt/fay)