Pengakuan Lengkap WhatsApp Kena Serangan Canggih Asal Israel
Hide Ads

Pengakuan Lengkap WhatsApp Kena Serangan Canggih Asal Israel

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 01 Nov 2019 09:10 WIB
Pengakuan Lengkap WhatsApp Kena Serangan Canggih Asal Israel
Foto: Photo by Rachit Tank on Unsplash
Jakarta - WhatsApp mengakui telah terkena serangan spyware atau software mata-mata besutan perusahaan keamanan asal Israel, NSO Group, yang telah mereka gugat di pengadilan. Berikut pengakuan lengkap mereka.

Serangan itu berlangsung pada bulan Mei, memanfaatkan celah keamanan di video calling. "User akan menerima apa yang kelihatannya video call, tapi ini bukan panggilan normal," sebut Will Catchart, Head of WhatsApp.

Setelah ponsel berbunyi, penyerang diam-diam mentransmisikan kode jahat sebagai upaya menginfeksi ponsel korban dengan spyware untuk membaca pesan dan informasi lain. Pihak yang disasar bahkan tak perlu menerima panggilan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Beberapa bulan melakukan investigasi, WhatsApp yakin NSO Group adalah dalang software canggih yang dipakai untuk menyerang. Will menjelaskan bahwa meskipun serangan ini sangat mumpuni dan tersembunyi, WhatsApp tetap dapat melacak jejaknya.

WhatsApp menyebut setidaknya ada 100 aktivis HAM, jurnalis dan masyarakat sipil lain jadi target. Menurut Will, hal itu menunjukkan software yang bisa dipakai untuk memata-matai telah disalahgunakan, mungkin oleh pemerintah atau perusahaan tertentu.

NSO Group sendiri membantah terlibat dalam serangan karena mereka menjual teknologinya ke pihak lain yang resmi. Tapi WhatsApp tak menerima penjelasan itu.

(ke halaman selanjutnya)

Pengakuan Lengkap WhatsApp Kena Serangan Canggih Asal Israel

Foto: detikINET/Irna Prihandini
"NSO membantah keterlibatan apapun dalam serangan. Tapi investigasi kami menemukan sebaliknya. Sekarang, kami meminta NSO bertanggung jawab menurut hukum Amerika Serikat," cetus Will.

Will mengklaim pihaknya sudah sekuat tenaga untuk menjaga keamanan WhatsApp, misalnya dengan penyandian. Namun di saat yang sama, perusahaan software mencari celah dengan menanamkan spyware langsung ke ponsel pengguna.

Ia pun menekankan perusahaan teknologi seharusnya tidak diperlemah keamanannya, misalnya dengan permintaan membuat backdoor dengan dalih apapun. Perusahaan keamanan di sisi lain tidak patut menyerang perusahaan yang lain atau menyediakan alatnya.

"Demokrasi bergantung pada jurnalisme independen dan masyarakat sipil dan memperlemah keamanan secara sengaja akan membuat mereka berisiko. Kita semua pun ingin melindungi informasi pribadi dan percakapan privat kita," tegasnya.

"Ponsel adalah komputer utama bagi miliaran orang di seluruh dunia. Di sana ada pembicaraan paling privat dan tempat menyimpan informasi paling sensitif. Perusahaan dan pemerintah harus melakukan lebih banyak upaya melindungi orang yang rentan diserang," imbuhnya.

"WhatsApp akan terus melakukan apapun yang kami bisa dengan kode kami atau di pengadilan untuk membantu melindungi privasi dan sekuriti user kami di manapun," pungkas Will.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fyk)