Jawaban:
Keduanya, baik prosesor dengan kecepatan clock tinggi dan prosesor dengan banyak inti (core), memiliki keunggulannya masing-masing. Kebanyakan prosesor modern dirancang dengan banyak inti prosesor dan setiap inti ini bisa berbeda kecepatannya, untuk bisa memiliki keunggulan dari keduanya.
Misalkan kita ambil contoh prosesor octa (delapan) core yang sekarang jamak digunakan di perangkat smartphone, menggunakan teknologi big.LITTLE , dimana prosesor dikelompokkan menjadi dua bagian, 4 prosesor dengan clock tinggi dan 4 prosesor dengan clock rendah. Seringkali arsitektur prosesornya juga berbeda, prosesor dengan clock tinggi menggunakan arsitektur yang berorientasi komputasi yang cepat, dan prosesor dengan clock rendah dengan arsitektur berorientasi kepada efisiensi daya.
Jika semua beban komputasi hanya dikerjakan dengan prosesor berkinerja tinggi, ada banyak pekerjaan (aplikasi) tidak menuntut komputasi setinggi itu, sehingga akhirnya kinerjanya tidak efisien, boros daya dan menghasilkan panas berlebih.
Jika semua pekerjaan hanya diberikan pada prosesor hemat daya, ada beban pekerjaan besar tidak bisa dicapai, misalnya aplikasi yang membutuhkan rendering kompleks, seperti game. Jika dipaksakan kita akan menemukan aplikasi berjalan dengan frame rate rendah, bahkan patah-patah.
Saat ini kebanyakan aplikasi-aplikasi pada smartphone hanya membutuhkan 1-3 inti prosesor untuk berjalan. Prosesor dengan banyak inti dan berdaya rendah, berguna untuk meng-handle pekerjaan ringan tetapi banyak (multitasking), untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut dalam waktu bersamaan.
Misalkan browsing, berbarengan dengan chatting, sambil mendengarkan lagu dan menerima email. Ketika beban pekerjaan tidak berat, maka prosesor dengan kecepatan tinggi akan idleatau diam.
Prosesor modern sekarang dirancang dengan goal kinerja yang semakin tinggi tetapi semakin efisien dalam penggunaan daya. Clock speednya mungkin tetap sama dengan prosesor tahun lalu, tetapi kinerjanya meningkat sekian puluh persen bahkan berlipat, yang didapat dengan proses pembuatan dan bentuk dasar yang baru (misalkan 14nm FinFET)
Untuk bisa mencapai kinerja yang maksimal dan efisien, prosesor tidak bisa bekerja sendiri, dibutuhkan juga OS yang mendukung, termasuk kernel dan aplikasi yang dirancang dengan baik.
Untuk memudahkan gambaran bagaimana multi cores prosesor bekerja, kita coba membayangkan prosesor ini misalnya adalah chef atau koki pada sebuah rumah makan besar. Misalkan ada 6 koki bekerja untuk restoran tersebut. 2 koki berpangkat big, merupakan koki dengan keahlian tinggi, bekerja sangat cepat dan bisa memasak makanan kelas atas yang rumit bumbu dan proses pengerjaannya. 4 koki berpangkat LITTLE menguasai menu-menu standar dan bekerja tidak secepat kedua koki big.
Pada jam biasa, ketika tamu yang berkunjung makan tidak terlalu banyak dan banyak memesan menu standar, semua pekerjaan bisa dikerjakan oleh koki LITTLE. Ketika jam makan siang dan tamu membludak, termasuk yang datang berombongan, koki big turun tangan mengerjakan dengan cepat pesanan menu-menu kelas atas yang rumit cara membuatnya, sementara koki LITTLE tetap bekerja untuk mengerjakan masakan-masakan standar agar semua pesanan bisa dipenuhi tepat waktu.
Jika restoran tersebut hanya memiliki 2 koki big saja, walaupun semua jenis masakan bisa disajikan, tetap ada kemungkinan customer yang jumlahnya banyak akan membuat kedua koki big ini akan sangat kecapaian, berkeringat, dan makin lama kinerjanya menurun tidak secepat awal, inilah yang kita sering dengar dengan istilah throttling pada prosesor. (jsn/ash)