Menurut kalian apa genre game yang paling digandrungi orang-orang pada tahun 2023? Kalau jawabannya action karena kalian pikir judul-judul seperti Mobile Legends, Free Fire, atau PUBG Mobile begitu populer, tentu salah besar.
Laporan yang diterbitkan oleh data.ai tidak menunjukkan hal itu. Bahkan sepertinya genre satu ini asing di telinga gamer, mengingat yang biasa terdengar seperti sports, simulation, puzzle, racing, atau action tadi.
Seperti dilihat, Kamis (18/1/2024) data yang dibeberkan menampilkan bahwa hypercasual menjadi genre game paling banyak didownload di dunia. Namun kalau dirinci per wilayah, hanya di China dan Korea Selatan genre ini tidak dapat berkuasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Role playing game (RPG) menjadi genre paling banyak diunduh di dua negara tersebut. Lalu sub genre yang mendominasi ialah Fantasy MMORPG, multiplayer online battle arena (MOBA), party royale, dan idle RPG.
![]() |
Padahal jumlah download game hypercasual sudah menurun 7,5 persen dibandingkan tahun lalu. Namun genre lain masih belum bisa juga melengserkannya dari tahtanya itu.
Bila datanya mencakup seluruh negara di dunia, Thief Puzzle menjadi game hypercasual yang paling banyak diunduh. Diikuti oleh Attack Hole, dan My Perfect Hotel di peringkat ketiga.
Sedangkan apabila fokus di Indonesia, Brain Out yang mendapatkan hati gamer di Tanah Air. Peringkat keduanya Clackers Master: Latto Latto, dan ketiga diisi oleh Boba DIY: Tasty Bubble Tea.
![]() |
Meski menjadi genre game paling banyak didownload, bukan berarti menjadi yang terlaku. Ternyata banyak gamer yang menghabiskan uangnya di RPG dan strategy.
Tiga game teratas yang sukses meraup untung dari pemainnya ialah Evony, Lineage M, dan Honkai: Star Rail. Itu di dunia, kalau di Indonesia, gelar tersebut diambil alih oleh Rose of Kingdoms, Mobile Legends, dan Ragnarok Origin.
Salah satu pengembang dan publisher game ternama di Indonesia pun memberikan tanggapannya. Cipto Adiguno, Chief of Strategy Agate, bilang kalau di situ hypercasual hanya besar di jumlah unduhan bukan di monetisasinya.
Oleh sebab itu, genre tersebut tidak masuk ke dalam strategi perusahaannya. Cipto mengungkapkan, kalau Agate lebih menargetkan tipe monetisasi tinggi daripada hanya jumlah download.
"Kenapa gitu? Target partner dan audience kita itu adalah mereka yang butuh konten terus-terusan, dan mereka baru bisa bikin konten ketika mereka bisa monetize kan. Kalau bikin produk atau bikin game nggak ada duitnya, mereka juga 'ah nggak bisa konten lagi deh'," kata Cipto ketika ditemui di Kantor Agate, Bandung (16/1).
Malah Cipto lebih tertarik dengan game RPG. Menurutnya genre ini lebih menarik karena menempati posisi pertama dengan monetisasi tinggi.
"Karena mereka monetisasinya duitnya banyak, bisa dapetin duitnya banyak dan mereka pasti butuh konten lagi," pungkasnya.
Cipto menambahkan, biasanya tim internal perusahaan yang game monetisasinya sudah besar, akan lebih fokus dengan pengembangan game baru. Sementara untuk melanjutkan game yang money maker ini, mereka bekerja sama dengan pihak luar untuk membuat konten lanjutannya.
(hps/fay)