Kabar mengejutkan sekaligus menyedihkan datang dari industri game di Indonesia. Bagaimana tidak, gamer di Tanah Air itu jumlahnya sangat banyak, akan tetapi uang mereka malah habis buat game online luar negeri.
Informasi tersebut terungkap dari siaran pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), yang menyebutkan bahwa transaksi game di seluruh dunia mencapai Rp 3.500 triliun. Nah sementara di Indonesia nilainya hingga Rp 30 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayangnya jumlah yang dimaksud ludes bukan mengarah kepada game lokal, melainkan lebih dari 175 juta gamer di Indonesia menggelontorkan uangnya untuk game online dari pengembang asing.
Data itu pun senada dengan pernyataan Deputi Menko Bidang Koordinasi Pariwsata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves, Odo RM Manahutu. Menurutnya, pengeluaran orang Indonesia untuk game 99,95% larinya ke luar negeri.
"Yang kita inginkan sekarang dibalik, 70% bisa masuk ke Indonesia khususnya ke game lokal (buatan dalam negeri) pada 2024-2025," ucap Odo di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), (28/10).
Sebelumnya ini pernah disinggung oleh Shieny Aprilia, Co-founder dan CEO Agate, mengatakan kalau selisihnya sangat jauh. Katanya saat ini lebih banyak pemain game kompetitif.
"Miris. Jadi market size-nya tuh jauh. Saya nggak punya angka pasti ya. Cuma jauh, lebih gede yang kompetitif. Cuma free to play untuk beli skin dan upgrade. Secara data kaya gitu. Extremely lebih gede yang free to play market," kata Shieny (17/10).
Namun menurutnya, bila mengacu pada hardcore gamer, yakni seseorang yang memang sudah terbiasa membeli judul-judul premium, industri game single player bisa bersaing. Tapi kembali lagi, jika sudut pandangnya melebar, Shieny bilang gamer kurang terbiasa membeli game.
Oleh sebab itu Oda menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan ekosistem game dalam negeri. Salah satunya ialah meluncurkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang game.
Jadi nantinya Perpres ini akan menjadi payung hukum atau dasar hukum yang kuat, dalam membangun ekosistem game di Tanah Air yang inklusif, relevan, lebih berpihak kepada karya anak bangsa dan terus berkelanjutan.
Ia mengungkapkan Perpres ini akan mengatur sejumlah hal. Beberapa di antaranya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), akses pasar, perangkat keras dan lunak, serta aktivasi kompetisi di kawasan lokal dan regional.
"Perpres keluar harapannya November ini. Pembahasannya sudah 2 tahun. Sekarang tinggal tanda tangan pak Presiden saja," ujarnya.
Sementara ini detikINET sudah meminta tanggapan kepada Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), menyoal kebiasaan gamer lokal yang keluar banyak uang untuk game online dari pengembang asing. Hal ini mengingat, mereka berhubungan erat dengan beragam kegiatan game online kompetitif di Tanah Air.
Nah para pemainnya dikenal cukup loyal dalam mengeluarkan uang untuk transaksi di dalam permainan. Namun hingga berita ini dibuat, PBESI belum memberikan tanggapannya.