Microsoft Bakal Tutup Xbox 360 Store Tahun Depan, Kenapa?
Hide Ads

Microsoft Bakal Tutup Xbox 360 Store Tahun Depan, Kenapa?

Josina - detikInet
Senin, 21 Agu 2023 15:12 WIB
MIAMI BEACH - NOVEMBER 04:  Vicente Galarza plays a game with Microsofts new Kinect controller for the Xbox 360 at the Best Buy store on November 4, 2010 in Miami Beach, Florida. The Kinect went on sale today and uses sensors to read the players body language so controllers are not necessary to play Xbox games with the Kinect.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Foto: GettyImages
Jakarta -

Belum lama ini Microsoft mengumumkan soal penutupan Xbox 30 store pada tahun depan, tepatnya tanggal 29 Juli 2024. Hal ini tentu menarik perhatian bagi komunitas game.

Meskipun keputusan ini mungkin terlihat sebagai pukulan bagi pelestarian game, terutama untuk game-game yang hanya tersedia dalam bentuk digital, namun hal ini juga dapat dilihat sebagai langkah untuk merangkul teknologi yang lebih baru.

Selama 18 tahun, Xbox 360 telah menjadi bagian dari kehidupan banyak gamer dan penutupan ini mungkin terasa seperti akhir dari sebuah era. Namun, penting untuk dicatat bahwa etalase Xbox One dan Seri X/S akan tetap mendukung game dan DLC Xbox dan Xbox 360 orisinal yang kompatibel dengan versi sebelumnya sebagaimana dilansir detikINET dari Gizmochina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, peningkatan seperti FPS Boost, Auto HDR, dan waktu pemuatan yang lebih cepat pada Seri X/S membuktikan bahwa Microsoft menjaga warisan tetap hidup, meskipun dalam bentuk yang dimodernisasi.

Meskipun aplikasi Movies & TV juga akan dihentikan di konsol, semua konten yang dibeli akan dapat diakses di perangkat Windows 10 dan 11, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Hal ini menunjukkan hanya sebuah transisi, bukan penghentian total yang mendorong pengguna untuk mengadopsi platform yang lebih baru tanpa kehilangan konten berharga mereka.

ADVERTISEMENT

Sebaliknya, keputusan Sony untuk tetap membuka toko PlayStation 3 dan PlayStation Vita, setelah mendapatkan protes dari para penggemarnya, hal ini pun menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan yang tepat antara pelestarian dan inovasi.

Apa yang mungkin tampak sebagai perlawanan terhadap perubahan juga dapat dilihat sebagai penghormatan terhadap sejarah game.




(jsn/jsn)