Rahasia Hubungan Raya and The Last Dragon dan Kena: Bridge of Spirits
Hide Ads

Gamelan Bali di Playstation 5

Rahasia Hubungan Raya and The Last Dragon dan Kena: Bridge of Spirits

Sui Suadnyana - detikInet
Rabu, 30 Jun 2021 13:45 WIB
Game Kena: Bridge of Spirits yang memakai musik gamelan Bali
Kena: Bridge of Spirits (Foto: Playstation)
Gianyar -

Apa hubungannya antara film Disney, Raya and The Last Dragon dengan game Playstation 5, Kena: Bridge of Spirits? Jawabnya adalah: budaya Bali!

Seniman asal Bali Dewa Putu Berata berhasil membawa gamelan Bali ke kancah global. Lewat dirinya, gamelan Bali kini bisa menjadi soundtrack game Kena: Bridge of Spirits yang akan rilis di PS5 pada 24 Agustus 2021.

Ini adalah pengalaman perdana bagi seniman asal Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali itu berkolaborasi dalam mengisi musik untuk game. Tapi ini bukan kiprah pertama Dewa Berata membawa kesenian Bali ke dunia hiburan dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Makanan Asia Tenggara Ini Muncul di Film 'Raya and the Last Dragon'Dewa Berata jadi konsultan budaya untuk Film 'Raya and the Last Dragon' Foto: Disney

Tahukah Anda, Dewa Berata adalah salah satu anggota tim dalam pembuatan film Raya and the Last Dragon besutan Walt Disney Animation Studios.

"Dengan game belum pernah. Dengan film ada film animasi Raya the Last Dragon. Itu film animasi kan, sudah beredar," kata Dewa Berata saat wawancara eksklusif dengan detikINET di Sanggar Seni Cudamani, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (26/6/2021).

ADVERTISEMENT

Menurut Dewa Berata, di film Raya and the Last Dragon dirinya bersama sang istri Emiko Saraswati Susilo menjadi konsultan budaya. Ia dan istrinya mulai berproses dalam pembuatan film tersebut sekitar empat tahun lalu.

Pada saat itu, Dewa Berata sempat pulang ke kampung halamannya di Banjar Pengosekan dan mengajak berbagai kru film Raya, mulai dari sutradara, pembuat gambar, cerita dan sebagainya. Secara kebetulan terdapat upacara adat di sana. Dari upacara adat itu tim akhirnya mempunyai pondasi konsep penggarapan film Raya the Last Dragon.

Selain ke Bali, para kru film tersebut juga berkunjung ke berbagai negara, seperti Myanmar dan Thailand. Hal itu dilakukan karena film Raya the Last Dragon menceritakan pahlawan Asia Tenggara.

"Saya masih ingat itu konsepnya. Asia Tenggara, tetapi bukan salah satu (negara). Semua unsur-unsur Indonesia juga masuk seperti wayang, alamnya masuk, ya itulah," kisah Dewa Berata.

Dewa Putu Berata Pemilik Sanggar Seni Cudamani Bali digaet untuk mengisi musik game Playstation 5 yaitu Kena: Bridge of SpiritsDewa Putu Berata, sosok di balik film Raya and The Last Dragons dan game Kena: Bridge of Spirits (Foto: Sui Suadnyana/detikcom)

Dalam penggarapan film Raya, konsultasi budaya juga dilakukan secara virtual. Namun Dewa Berata juga sempat datang ke studio Disney bersama istri dan anaknya untuk mengisi workshop. Saat itu, mereka mengajar gamelan dan Tari Cak kepada para pegawai Disney.

Penggarapan film Raya the Last Dragon juga hampir bersamaan dengan game Kena: Bridge of Spirits. Bahkan Dewa Berata mengungkapkan bahwa komposer game Kena: Bridge of Spirits, Jason Gallaty sudah khawatir bahwa dirinya akan terlibat sebagai komposer dalam film Disney tersebut.

Dewa Berata pun sempat meyakinkan Jason Gallaty bahwa dirinya tidak sebagai komposer dalam penggarapan film tersebut. Melainkan dirinya bersama sang istri hanya menjadi konsultan budaya.

Selain itu, Dewa Berata juga sempat ikut dalam penggarapan iringan musik untuk film kuno Bali 'Guna-Guna'. Hanya saja keterlibatan dirinya masih dalam porsi yang kecil. Dalam kesempatan itu Dewa Berata bertugas untuk bermain kendang, suling dan gender.

Di sisi lain, Dewa Berata mengungkapkan kebanggaannya bisa bergabung dalam penggarapan musik game Kena: Bridge of Spirits. Ia pun berharap game tersebut bisa sukses ke depannya dan semakin mengenalkan gamelan kepada masyarakat dunia.

"Mudah-mudahan game ini bisa sukses sehingga unsur gamelan itu bisa dilihat oleh banyak orang dari berbagai negara karena gamelan sudah mulai masuk ke mana-mana di dunia ini sehingga tidak berpikir bahwa gamelan itu hanya untuk tradisi saja," harapnya.




(fay/fay)