Saat ini, esports sudah diakui di Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga resmi. Dengan begitu, keberadaan para pro player esports sudah tak bisa dianggap remeh lagi. Pro player esports juga bisa disamakan dengan atlet olahraga lainnya, meski yang dipertandingkan bukan kekuatan fisik, melainkan taktik dan strategi dalam bermain game.
RRQ Liam, salah satu pro player yang tergabung dalam RRQ Hoshi, setuju bahwa diakuinya esports sebagai cabang olahraga di Indonesia punya pengaruh penting terhadap masa depan esports Indonesia. Selain menambah pengalaman para pro player dan juga tim yang bertanding, nantinya Indonesia juga bisa terus mencetak prestasi di ajang internasional.
Bagi pemain kelahiran Jakarta, 30 November 1998 ini, atlet esports sebenarnya hampir sama dengan atlet sport. Hanya saja, latihan fisik dan hal yang dipertandingkan berbeda dengan atlet esports punya waktu dan jadwal yang lebih fleksibel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Atlet sport itu lebih ke arah tubuh, mungkin, ya. Menjaga kebugaran badan agar tetap fit dan fokus pada apa yang dituju. Seperti atlet basket, (berarti) dia harus latihan dengan gayanya dan lain-lain. Atlet esports hampir sama, hanya lebih fleksibel gitu, simple bisa melakukan apa pun selain bermain game-nya. Entah dia ingin olahraga seperti atlet sport juga bisa, tergantung waktu yang dibagi," jelasnya.
Memang selama ini masih banyak yang menganggap atlet esports alias pro player tidak bisa disamakan dengan atlet sport. Padahal sebenarnya atlet esports juga menjalani latihan yang panjang dan harus punya fisik yang kuat juga karena pekerjaan mereka pun berisiko tinggi kalau tak diimbangi dengan olahraga. Karena itu, pemanasan sebelum latihan, olahraga, dan makan teratur juga telah menjadi keseharian bagi para pro player.
Berbeda dengan gamers, menurut Liam atlet esports tak bisa disamakan dengan gamers. Gamers cenderung bermain tanpa tujuan atau bermain sekadar untuk bersenang-senang, sedangkan atlet esports atau pro player memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan bermain game.
"Atlet lebih tertata dan punya tujuannya masing-masing, terlebih atlet esports memainkan game di satu bidang. Gamers memainkan semua game yang ada dan mereka punya tujuan mungkin mencari bakatnya atau mencari kesenangan dengan kawan-kawan," ujarnya.
Karena itu, pemain bernama lengkap William Setiawan ini tak setuju jika menjadi pro player dianggap hanya main-main. "Enggak benar. Untuk sekarang esports sudah diakui, berarti bukan main-main lagi. Sekarang (atlet esports) seperti atlet sport yang punya tujuan bukan sembarangan," tegasnya.
Dengan pengalaman lebih dari 3 tahun menjadi pro player, bagi RRQ Liam ada banyak hal terjadi, mulai dari susah sampai senang. Selain berbagi canda tawa dengan rekan-rekan satu timnya di RRQ Hoshi, RRQ Liam juga sempat merasa kecewa ketika tak bisa meraih kemenangan. Meski begitu, tak ada penyesalan sama sekali selama menjadi pro player.
RRQ Liam mengaku, jalan menjadi pro player adalah jalan yang panjang dan berliku. Bahkan, tak ada yang tahu apakah dia sendiri akan terus menjadi pro player untuk waktu yang lama atau justru akan pensiun dini da fokus kepada keluarga seperti banyak pro player lainnya yang sudah memutuskan untuk pensiun.
"Di masa depan tidak tahu pasti (apakah saya) masih menjadi (pro player) atau tidak karena enggak semua orang akan menjadi pro player selama masa hidupnya. Pasti ada kepentingan lain, seperti berkeluarga, berbisnis. Jadi, enggak terpaku hanya menjadi pro player terus menerus, akan ada waktunya pensiun," tutupnya.
*Artikel ini merupakan kerja sama antara detikINET dengan Team RRQ.
(fay/fay)