Pendapatan PUBG Mobile berhasil menembus angka USD 3,5 atau setara dengan Rp 52,2 triliun, meskipun di saat bersamaan game mobile bertema battle royale itu diblokir di India.
Berdasarkan laporan Sensor Tower mengungkapkan bahwa PUBG Mobile meraup USD 3,5 miliar itu berdasarkan akumulasi dari game mereka yang di China, yakni Game for Peace.
Keuntungan yang dikantongi PUBG Mobile ini seakan meneguhkan dominasi Tencent sebagai perusahaan yang mahir melahirkan game mobile yang diminati pasar. Padahal, China saat ini dihadapi persoalan sensitif dengan India.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, pasar India merupakan pasar yang menggiurkan. Di negeri Bollywood ini, gamer mau menyumbang 1,2% dari pengeluaran pemain secara global untuk terus merasakan pengalaman sampai Chicken Chicken Dinner.
"Pendapatan PUBG Mobile tampaknya akan tetap kuat, meskipun ada larangan di India," ujar Craig Chapple, Mobile Insights Strategist di Sensor Tower, seperti dilansir dari South China Morning, Selasa (15/9/2020).
Dalam beberapa bulan terakhir, India mengeluarkan kebijakan dengan melarang 177 aplikasi China, termasuk di dalamnya PUBG Mobile dan PUBG Mobile Lite.
Pemerintah India melarang aplikasi China ini dengan alasan keamanan nasional dan privasi data, sebuah cara 'pembalasan' atas konflik yang terjadi di perbatasan kedua negara tersebut.
Selain India, PUBG Mobile punya basis pemain terbesar, seperti di AS yang menyumbang 29% dari jumlah total. Kemudian diikuti Jepang di belakangnya dengan 12%, Arab Saudi dengan 8,8%.
Sejauh ini, PUBG Mobile telah mengumpulkan 770 juta unduhan secara global. Dari semua negara, India yang paling banyak mengunduh aplikasi PUBG Mobile dengan 185,5 juta penginstalan atau 24% dari semua unduhan. Setelah itu, China 16,4%, AS di urutan ketiga dengan 6,3%.
(agt/fay)