Awalnya, Alvin, demikian dia akrab disapa, sangat suka bermain Mobile Legend. Lama-lama, dia merasa kecanduan dan sadar kalau hal itu tidak bagus.
"Beli ini itu buat maen game, uang habis. Padahal sebenarnya dari game yang kubuat, bisa menghasilkan uang. Aku jadi kepo gimana sih cara bikin game?"," kisahnya.
Pemikiran kritisnya itu, mendapat pengaruh besar dari ayahnya yang berprofesi sebagai web dan Android developer. Sebelum 'mencemplungkan' Alvin belajar membuat game, sang ayah sudah lebih dulu mengikuti kelas 'Menjadi Android Developer Expert' di Dicoding. Berkat dorongan ayahnya pula, Alvin lantas diajak belajar membuat game di platform pengembangan ekosistem developer tersebut.
![]() |
Membuat Game 'Bubble Pop'
Lewat salah satu kelas Dicoding 'Membuat Game menggunakan HTML 5', Alvin berhasil mempublikasikan game perdana buatannya yang bernama 'Bubble Pop' di Google PlayStore. Di dalam permainan ini, player harus menekan gelembungnya hingga 100 kali.
Game ini sempat ia lombakan bersama ayahnya di ajang Indonesia Next App di Surabaya, Jawa Timur, sebuah lomba berlevel nasional. Di foto di bawah ini, tampak Alvin dan ayahnya (kiri) ditanya seorang peserta lainnya yang penasaran, "Kok anak kecil bisa bikin game?"
![]() |
Selesai membuat game Bubble Pop, Alvin ternyata jadi ketagihan dan bertekad menyeriusi hobinya di dunia game. Dia kemudian lanjut mengambil kelas 'Menjadi Game Developer Pemula' dan 'Menjadi Construct 2 Developer Expert'.
"Belajar game di Dicoding itu gampang. Buat aku yang passion-nya itu memang bikin game, materinya gampang dipahami," kata bocah yang baru masuk SMP di Santa Clara Surabaya ini.
Bagaimana ia membagi waktunya antara membuat game dan bersekolah? Rupanya Alvin menggunakan waktunya dengan cermat di malam hari. Setiap hari, ia disiplin mengatur waktunya, dengan menyediakan 1 jam sebelum tidur untuk belajar di platform Dicoding.
Mimpi Bocah Developer Game
"Ke depan, aku mau serius bikin game multiplayer dan casual. Jadi tetap fokus belajar pakai engine Construct, meski belajarnya pakai laptop jadul papa," kata Alvin antusias.
Alvin yang juga punya hobi menyanyi paduan suara dan main badminton ini, mengaku senang belajar membuat game. Saat ditanya apa yang membuatnya tetap semangat, ini dia jawabannya.
"Niat, passion, belajar, banyak latihan. Anak kecil juga bisa (jadi game developer)," ujarnya bersemangat.
Menutup pembicaraan, Alvin mengatakan, tak peduli berapa pun usianya, siapa pun bisa bikin game atau aplikasi. Semangat Alvin, kesempatanmu jadi developer game profesional, terbuka lebar!
-----
* Tulisan ini adalah salah satu artikel di Dicoding, platform pengembangan ekosistem developer di Indonesia, dalam rangka Hari Anak Nasional. Sumber artikel di sini.
Simak Video "Ukraina Boikot Game Atomic Heart"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)