Dalam laporan Dengeki Online, disebutkan bahwa penjualan video game menurun selama 10 tahun terakhir sampai pada titik di mana penjualan saat ini disebut cuma mencapai hampir sepertiga dari jumlah penjualan di tahun 2017.
Bicara penjualan video game, musim panas di Jepang menjadi musim yang baik dalam penjualan. Namun, untuk penjualan musim panas tahun ini penjualan konsol dan handheld malah turun 24,1% menjadi USD 127 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun dari tahun lalu. Begitupula dengan penjualan game yang turun 21,1% dari USD 224 juta atau Rp 2,9 triliun dengan total kerugian mencapai 22,2%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data yang dipaparkan Dengeki Online ini menuai reaksi dari netizen di Jepang. Kebanyakan dari mereka menilai bahwa penyebab gamer gantung kontroler (istilah pensiun) tak lain karena munculnya game mobile.
Ya, industri game mobile di Jepang memang sangat mengagumkan. Game-game mobile yang dibuat khusus untuk pasar Jepang dewasa ini memang tak kalah menarik dari game konsol. Tak heran, banyak yang beralih.
"Itu adalah penurunan yang luar biasa. Orang Jepang mulai mengacuhkan PlayStation 4 dan Switch, jadi mereka (vendor game) harus menjualnya di negara lain," ujar netizen A. "Smartphone lebih cocok untuk orang Jepang," timpal yang lain. (mag/fyk)