Harus Hati-hati, Rating Game Jangan Buat Korupsi
Hide Ads

Harus Hati-hati, Rating Game Jangan Buat Korupsi

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 27 Jan 2016 11:20 WIB
CEO Touchten Anton Soeharyo/Foto: Rachmatunnisa
Jakarta - Jelang akhir tahun lalu, mengemuka wacana rating game. Pro dan kontra mewarnai, mengenai perlu tidaknya pemberlakuan rating game di Indonesia.

"Rating oke saja, justru bagus karena di Indonesia rating baru ada untuk film ya. Masyarakat perlu ada satu benchmark, di mana ini game layak untuk anak saya atau nggak misalnya," sebut CEO Touchten Anton Soeharyo, ditemui di sela acara ICON 2016 yang digelar pekan ini.

Namun Anton memberikan catatan, ketika nantinya diterapkan, jangan sampai rating game disalahgunakan. Semua prosesnya harus transparan dan tidak dibuat ribet dengan birokrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan menuduh, saya yakin pemerintah kita tidak seperti itu. Tapi harus hati-hati. Misalnya, game saya mau di-rating untuk remaja tapi gak di-approve terus saya bisa bayar. Jangan sampai jadi ajang kesempatan buat korupsi," tegasnya.

Meski mendukung, Anton berpendapat rating game belum terlalu diperlukan untuk saat ini. Menurutnya, pemerintah saat ini lebih baik fokus menumbuhkan konten lokal.

"Belum urgent, karena konten kita belum banyak. Jadi mau di-rating apa. Lebih baik menggalakkan bagaimana agar lebih banyak konten kreatif dulu, baru nanti ada rating," sarannya. Β 

Berbicara mengenai pertumbuhan konten kreatif, Anton sebagai salah satu publisher game ternama asal Indonesia merespons positif rencana kebijakan konten lokal, termasuk roadmap industri game.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat ini sedang menggodok roadmap tersebut, untuk mendukung industri game Indonesia menjadi lebih kompetitif dan profesional.

Anton sendiri mengaku dilibatkan dalam berbagai diskusi, bagaimana bentuk roadmap industri game ini ke depannya.

Selain melibatkan para pelaku industri game seperti Touchten, Kominfo juga mendiskusikan roadmap industri game dengan Badan Ekonomi Kreatif dan Asosiasi Game Indonesia.

"Sudah didiskusikan, namun memang belum rampung. Selanjutnya, kami akan bertemu dengan pemerintah Februari nanti. Kita akan sampaikan pendapat, dan kita bantu apa yang bisa kita bantu," kata pria yang baru dikaruniai seorang putra ini.

Mengutip data situs peringkat industri game global Newzoo, tahun lalu nilai industri game di Indonesia mampu mencapai USD 321 juta. Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan jumlah download terbesar.

"Tapi untuk revenue-nya kita nomor dua, kalah sama Thailand. Sayang kan download paling besar tapi revenue nomor dua. Makanya kita harus galakkan konten-konten lokal," tutupnya. (rns/ash)