Gagal Lolos, Mental Gamer Indonesia Dipertanyakan
Hide Ads

DotA 2 Internasional Championship

Gagal Lolos, Mental Gamer Indonesia Dipertanyakan

Muhammad Alif Goenawan - detikInet
Selasa, 11 Agu 2015 08:40 WIB
Jakarta - Dari sejumlah turnamen game bertaraf internasional yang sering diadakan, DotA (Defense of the Ancients) 2 Internasional Championship menjadi salah satu turnamen game yang paling ditunggu-tunggu perhelatannya. Di ajang tahunan ini, para jawara DotA 2 dari berbagai negara di seluruh dunia saling unjuk kebolehan untuk menunjukkan siapa yang terbaik.

Dalam partai final DotA 2 International Championship 2015, tim asal Amerika Serikat, Evil Genuises berhasil menumbangkan tim asal Tiongkok, CDEC dengan skor 3-1. Tim yang digawangi oleh ppd, Suma1L, UNiVeRsE, Fear, dan Aui_2000 berhasil memboyong hadiah sebesar USD 6,6 juta atau sekitar Rp 85 miliar.

Dari sederet negara yang berpartisipasi, sangat disayangkan nama Indonesia tidak ikut serta meramaikan ajang tersebut. Indonesia harus absen lantaran tidak ada satupun jawara DotA 2 Tanah Air yang lolos dari babak kualifikasi yang diadakan secara online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, negara tetangga macam Malaysia dan Singapura boleh bangga karena bisa berlaga di pertandingan tersebut. Bahkan, negara negeri jiran itu pernah menduduki peringkat ke tiga dalam turnamen DotA 2 International Championship 2013 silam. Lantas ke manakah para jawara DotA 2 Tanah Air?

Sebagai negara dengan jumlah gamer yang cukup banyak, DotA 2 menjadi game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang paling banyak diganderungi oleh para gamer lokal. Tak heran, game besutan Valve itu pasti tak pernah absen dari daftar game yang hadir di berbagai Wargame dan Warnet.



"Tolak ukur yang paling gampangnya itu adalah jika ada turnamen DotA 2 skala nasional, tim yang berpartisipasi bisa mencapai 200 sampai 300 tim atau sekitar ribuan pemain," papar pengamat sekaligus gamer DotA 2 Indonesia, Tribekti Nasima kepada detikINET, Selasa (11/8/2015).

Dahulu, lanjut Tribekti, Indonesia memiliki tim DotA yang bisa dibanggakan, yakni XcN. Karena prestasinya yang cukup gemilang, XcN pun akhirnya direkrut oleh Fnatic, sebuah organisasi gamer profesional asal Inggris. Setelah XcN, masa keemasan DotA dipegang oleh tim Deperruku, hingga masuk ke masa DotA 2.

"Tim DotA 2 lokal kebanyakan diisi sama veteran-veteran DotA, di mana muncul tim profesional, seperti Rex Regum Qeon, Team NXL>, The Prime, Zero Latitude, dan Kanaya," ungkap Tribekti. Dari sisi prestasi, menurut Tribekti kiprah tim DotA 2 Indonesia sejauh ini yang terbaik di tahun 2014 lalu.

Kala itu Rex Regum Qeon berhasil menjadi runner-up ACG (Asian Cyber Games) SEA Best of the Best 2014 dengan total hadiah USD 3500. Sedangkan untuk gelaran DotA 2 International Championship, Indonesia harus puas bermain di babak kualifikasi.

"Dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya, terutama Malaysia, Indonesia masih banyak ketinggalan yang perlu kita kejar. Inilah yang menjadi PR kita bersama, karena untuk bisa menuju ke sana membutuhkan kolektivitas di ranah DotA 2 Indonesia," ungkapnya.

Memperbaiki DotA 2 di Indonesia dikatakan Tribekti membutuhkan proses yang panjang dan dapat dimulai dari semua aspek, seperti lingkungan kompetitif, profesionalisme pemain dan penyelenggara turnamen, atau dari komunitasnya sendiri. Profesionalisme di sini maksudnya adalah harus mengejar standar yang diterapkan oleh luar negeri.

"Dari sisi pemain, regenerasi itu sangat penting. Para veteran itu mungkin bisa melakukan transfer pengetahuan atau memberikan pelatihan pada talenta-talenta baru. Dan yang penting adalah bagaimana membentuk mental tanding yang selalu menjadi momok bagi DotA 2 di Indonesia," terang Tribekti panjang lebar.

Terakhir yang menjadi perhatian Tribekti adalah bagaimana caranya agar para penyelenggara bisa menggelar turnamen yang sifatnya tahan lama dan berkelanjutan. Karena dengan begitu bisa membantu pengembangan scene DotA 2 di Indonesia.

"Dengan dukungan dari semua pihak, bukan tidak mungkin jika masa depan DotA 2 di Indonesia bisa kembali berjaya seperti era XcN dulu," pungkas Tribekti.

(rou/rou)
Berita Terkait