Dalam industri game, sistem kendali dengan memanfaatkan gerakan pemain memang bukanlah hal baru. Namun dewasa ini teknologi tersebut kian sempurna sehingga nyaman digunakan.
Kinect dan PS Move adalah contoh sukses kontroler sensor gerak. Tapi sebelum itu sudah banyak produsen game yang membuat produk serupa. Sayangnya, karena teknologi yang belum matang, seluruh produk tersebut gagal memenuhi ekspektasi para penggunanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Power Glove (NES)
|
Bentuknya seperti sarung tangan. Cuma di bagian atasnya terdapat beberapa tombol, yang biasa dipakai dalam game. Kendali tersebut hampir tidak berfungsi sama sekali.
Di zamannya, kontroler ini menawarkan konsep yang sangat menarik. Sayang, sejak diluncurkan hanya ada dua game saja yang mendukung perangkat tersebut.
Joyboard (Atari 2600)
|
Saat itu, kontroler 'penguras' energi seperti ini memang masih sangat jarang. Bahkan hanya sedikit developer yang tertarik mengembangkan game untuk kontroler tersebut.
Alhasil, hanya ada satu game yang mendukung kontroler tersebut. Itu pun dibuat oleh Amiga Corporation, perusahaan yang juga membuat Joyboard.
U-Force (NES)
|
Sayangnya kontroler tersebut tidak bekerja seperti yang dijanjikan. Bahkan situs game seperti IGN, menobatkan U-Force sebagai salah satu dari 10 kontroler game terburuk karena dianggap mempersulit para gamer.
Karena sepi peminat kontroler ini pun akhirnya hilang ditelan zaman.
Sega Activator (Sega Genesis)
|
Namun lagi-lagi keterbatasan teknologi membuat kontroler ini tidak bekerja sebagaimana mestinya, dan pada akhirnya harus bernasib sama dengan produk sejenis. Hilang, tanpa sempat berkembang.
Konami Laserscope (NES)
|
Cara kerjanya pun cukup menarik, karena cara memakainya harus diletakkan di atas kepala. Mirip dengan aksesoris yang biasa dipakai para militer.
Namun nyatanya pendeteksi suara Konami Laserscope tidak bekerja dengan baik. Sangat sulit melakukan perintah-perintah sederhana melalui produk ini, akhinya popularitas Konami Laserscope pun tenggelam.
The Glove (PS One)
|
Tak ubahnya seperti kontroler besutan Nintendo tersebut, piranti ini pun hanya menjadi bahan olokan di kalangan gamer.
Halaman 2 dari 7