Seorang peneliti bernama Sarah M Coyne membagikan kuesioner kepada 287 remaja dengan rentang usia 11-16 tahun dan orang tua mereka. Isinya, sejumlah pertanyaan untuk mengetahui jumlah game yang dimainkan, perilaku, dan hubungan antara anak dengan keluarga.
Kuesioner tersebut juga mengajak orang tua untuk menemani anaknya ketika sedang bermain game. Dan hasilnya, gamer perempuan terbukti merasa lebih dekat dengan ayahnya, namun bagi anak laki-laki hal tersebut tidak berpengaruh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, orang tua mungkin menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk terlibat dalam kegiatan yang penting bagi anaknya. Kedua, bermain video game bisa mewakili waktu yang berkualitas antara anak dan orangtua, terutama ketika memainkan melibatkan percakapan antara orang tua-anak.
Sedangkan untuk anak laki-laki hal tersebut tidak cukup berpengaruh. Dikutip detikINET dari Kotaku, Rabu (2/2/2011), hal ini bisa jadi karena gamer laki-laki lebih lama bermain game ketimbang perempuan.
(eno/rou)