Life is Strange mengisahkan perjalanan kehidupan seorang gadis remaja bernama Max Caulfield yang kembali ke kota asalnya Arcadia Bay, Oregon untuk mengenyam pendidikan fotografi di Blackwell Academy. Bak remaja SMA pada umumnya, Max pun awalnya memiliki kehidupan yang normal dan menjalani aktifitas sekolah seperti biasanya. Hingga pada suatu hari ia pun menyadari jika ia memiliki kekuatan yang tak biasa.
Ya, Max dikaruniai kekuatan untuk dapat memutar waktu. Kekuatan itu tak sengaja ia dapati ketika hendak menolong seorang gadis yang tertembak oleh teman satu sekolahnya, Nathan Prescoutt. Gadis yang bernama Chloe itu tak lain merupakan teman masa kecil Max yang sempat terpisah sekian lama. Bermain Life is Strange sama dengan menonton serial atau film drama remaja Amerika Serikat pada umumnya yang dibumbui dengan aroma supranatural atau hal-hal mistis.
Nah, di sinilah letak keunikan dari gameplay Life is Strange. Kendati gamer dituntut memilih satu di antara berbagai macam pilihan yang disodorkan, namun pada praktiknya gamer dapat memainkan berulang kali adegan tersebut, tentu dengan kekuatan yang dimiliki Max. Dengan cukup menekan tombol L2 atau L1, Anda dapat dengan mudah memutar balik waktu dan mengubah kejadian dalam game.
Sesuai dengan konsep yang diusung, Square Enix dan Dotnod meghadirkan Life is Strange dalam beberapa episode, yakni dari episode 1 sampai 5. Tak banyak yang disuguhkan oleh Dontnod di episode yang berjudul Crysalis itu. Kalau bisa dibilang, episode pertama tersebut hanyalah episode perkenalan dari Life is Strange. Salut kepada Dontnod yang berhasil menyajikannya cara perkenalan, baik karakter maupun mekanisme gameplay dengan apik.
Kini, setelah tujuh minggu berlalu sejak perilisan episode pertama, Dontnod kembali merilis episode lanjutan. Walau di episode pertama kami tak sempat membahasnya, namun kali ini detikINET berkesempatan untuk mengulas sedikit demi sedikit apa yang terjadi di episode kedua ini.
2. Konflik nan Rumit
|
|
Game dibuka dengan adegan Max terbangun dari tidurnya di pagi hari dan berkeliling di sekitar area dorm. Isu yang ditampilkan di episode kali ini masih sama dengan episode pertama, dimana kehidupan Max dibebani oleh isu cyberbullying yang dilakukan terhadap teman dekatnya, Kate Marsh dan penyalahgunaan narkoba oleh seorang cowok tajir dan berkuasa di kota dan sekolah, Nathan Prescoutt.
Hanya saja, episode kali ini memiliki permasalahan yang lebih rumit dari episode pertama. Max mendapati Kate tengah dilanda stres lantaran beredar sebuah video yang menampilkan dirinya tengah bertindak asusila --walaupun kami tidak diperlihatkan bagaimana tampilan video tersebut.
Kepada Max, Kate mengaku jika Nathan telah mencoba untuk menjebaknya dengan narkoba dan aktivitas seksual ketika datang ke pesta Vortex Club (sebuah klub anak gaul yang dipimpin oleh Nathan). Kate yang seorang Katolik taat tentu sangat tertekan dan berusaha untuk meminta bantuan Max. Di sini Max harus menentukan pilihan, apakah ia menyetujui permohonan Kate untuk melaporkan Nathan ke polisi atau menunggu hingga bukti terkumpul.

Selain isu cyberbullying Kate tadi, sepanjang episode dua ini Anda juga akan disuguhkan oleh adegan dimana Max menggunakan kekuatannya untuk membuktikan kepada Chloe kalau ia benar-benar bisa memanipulasi waktu. Chloe menganggap jika kekuatan luar biasa Max itu dapat digunakan untuk bersenang-senang dan melindungi diri. Di sisi lain, Max yang masih bingung dan ragu terpaksa mengiyakan ajakan sang sahabat.
Tak hanya berkutat di sekitaran sekolah, Anda akan diajak mengunjungi Two Whales Diner, sebuah tempat makan yang dikelola oleh ibunda Chloe, Joyce. Di sini Max akan ditantang oleh Chloe untuk membuktikan kekuatannya. Di sini daya ingat Anda akan benar-benar diuji. Masih ingatkah Anda adegan dimana Max menghapal pelajaran di episode pertama?

Ya, adegan semacam itu kembali terjadi di episode dua. Hanya saja, kali ini Anda dituntut harus ekstra keras mengingat hal apa saja yang terjadi di masa sekarang untuk kemudian diulang kembali ke masa lalu. Chloe akan mengetes Max dengan menebak benda apa saja yang ada di kantongnya. Pertama-tama, jelas Anda akan diberikan pilihan jawaban yang salah, mengingat Max tak pernah tahu apa yang ada di dalam kantong Chloe.
Jelas Chloe akan kecewa dan mengeluarkan seluruh isi benda dalam kantongnya. Yang harus Anda lakukan tentu saja adalah hapalkan semua benda dan putar kembali waktu. Tak hanya mengingat wujud, Anda juga harus menghitung berapa jumlah nominal uang receh Chloe. Sepintas terlihat konyol memang. Tapi inilah menariknya Life is Strange.
Itu baru menebak benda. Selanjutnya Max akan membeberkan kejadian apa saja yang akan terjadi dalam 30 detik ke depan. Menarik memang. Bagi Anda yang menyukai genre time travel, bermain Life is Strange sangat menyenangkan. Kekuatan Max tak hanya digunakan dalam adegan yang bersifat template saja. Terkadang Anda pun bisa menggunakan kekuatan Max untuk hal-hal kecil yang sifatnya cukup berpengaruh. Dalam hal ini semisal menolong teman dari bahaya.
Semua aktivitas yang dilakukan oleh Max di episode ke dua kali ini juga menuntun Anda untuk sejengkal lebih dekat dengan petunjuk mengenai hilangnya seorang siswi Blackwell Academy yang juga sahabat Chloe, yakni Rachel Amber. Banyak hal yang terungkap dalam episode dua kali ini, semisal bagaimana Rachel sanget berarti bagi Chloe serta mengapa Kate terlihat murung sepanjang episode pertama.
3. Kesimpulan
|
|
Hal-hal kecil semacam membaca buku atau melihat poster rasanya harus lebih diperhatikan lagi. Karena Anda pun akan merasakan manfaatnya ketika menjalankan episode ke dua ini. Walaupun imbas episode pertama tak terlalu berasa di dalam episode ke dua, namun ada baiknya Anda tak melakukan hal yang sama dalam episode ke dua. Jelas risiko yang diterima lebih tinggi pada episode selanjutnya.
Demi memperkuat gameplay, Dontnod pun menghadirkan tugas sampingan, dimana gamer harus menemukan objek yang menarik untuk difoto. Rumit? Tenang, objek yang diminta sebenarnya sudah ada dalam bentuk sketsa yang dapat diakses melalui menu dalam game.

Pembangunan karakter dan desain lingkungan masih dibangun secara apik oleh Dontnod. Selain dapat berinteraksi dengan NPC yang beragam, Anda juga dapat berinteraksi dengan benda mati lainnya, semisal poster, tanaman, hingga berkutat dengan peralatan gadget.
Sayang, gaya visual yang ditonjolkan oleh Dontnod tak terlalu menggambarkan game generasi sekarang. Penurunan frame rate yang kerap terjadi ketika gamer memasuki area dalam episode pertama nyatanya masih terjadi di episode ke dua kali ini.
Kendati Dontnod tak begitu sukses menyajikan Life is Strange dengan grafis yang apik, namun developer game berbasis Prancis itu nyatanya berhasil menyajikan sebuah game episodik yang kental dengan nuansa drama kehidupan remaja Amerika Serikat lengkap dengan bumbu supranatural. Nuansa drama ABG tadi makin lengkap dengan hadirnya musik-musik yang dibawakan oleh sederet musisi indie macam Jose Gonzalez, Mogwai, Amanda Palmer, dan lain-lain.
(ash/ash)