Bungie telah resmi meluncurkan open beta version Destiny untuk konsol Xbox 360 dan Xbox One. Komunitas Xbox Live Indonesia pun berbagi pengalaman serunya memainkan game dengan budget Rp 5 trilliun ini.
Perlu diketahui, versi yang dijajal adalah versi beta bukan full version, sehingga berbagai bug dan glicth masih dirasakan.
Story
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Traveler merupakan pengagas era Golden Age, dimana manusia memiliki teknologi super canggih, rentang waktu hidup manusia bisa 3 kali lipat lebih panjang hingga datangnya sang Darkness yang disebut The Fallen.
The Fallen sendiri adalah antagonis dalam game Destiny yang telah memporakporandakan peradaban 'Golden Age' sehingga manusia kini terpojok di satu kota yang dijaga oleh Guardians.
Pada game ini, gamer akan berperan sebagai Guardian dan misinya adalah untuk mengembalikan peradaban yang dijajah oleh Darkness. Guardian akan ditemani oleh drone bernama Ghost yang akan menjadi navigator selama dalam permainan.
Perlu kalian ketahui, suara ghost diisi oleh Peter Dinklage, aktor yang terkenal di serial televisi The Games of Thrones dan film X-Men: Days Future Past.
Dalam versi beta ini, gamer hanya bisa memainkan tiga story missions yaitu: Crucible, Strike, dan Exploration. Namun map yang bisa dimainkan hanya beberapa, seperti Old Russia di bumi atau di bulan.
Selain itu, Guardian juga bisa mampir di Tower, sebuah tempat transit para pemain untuk membeli senjata, armor dan upgrade pesawat. Layaknya game MMO, kita juga bisa memainkan side quest/mission yang tak kalah seru.
Gameplay Yahud dan Menantang
Bicara mengenai Destiny tentu tak lepas dengan game Halo. Sebab, Bungie adalah perusahaan yang juga mengembangkan game Halo hingga menjadi benchmark game FPS dan akhirnya kini dipegang oleh 343 Industries.
Image Halo pun melekat disaat mencoba game Destiny, dari cara reload senjata, melompat hingga pergerakan musuh, bisa dibilang Destiny merupakan perpaduan game Halo dan Borderland.
Sebelum memasuki arena permainan, kita arahkan ke menu pemilihan karakter dan mengkreasikannya sesuai kemauan kita, mulai dari ras, tampilan muka, jenis kelamin, warna bibir hingga gaya rambut.
Β
Ada tiga pilihan ras yang bisa kalian pilih: Human, The Ewoken (mirip Elf) dan The Exo (robot). Sayangnya, kita tidak bisa memberikan nama pada karakter yang kita buat sementara ini.
Nah, bagian yang paling menarik adalah ketika memilih class, masing-masing class memiliki kemampuan yang berbeda seperti Hunter yang bisa diibaratkan sebagai rouge atau thief dalam game RPG.
Hunter memiliki spesialisasi dalam pertarungan jarak jauh dan stealh, sedangkan fokus skill hunter cenderung ke mobilitas dan kemampuannya, armor/defence tidak sehebat Titan, salah satu kelas yang bisa kalian pilih.
Titan diibaratkan sebagai warrior/knight yang memiliki armor dan tenaga yang kuat namun lemah dalam mobilitas alias tidak lincah. kelas terakhir adalah Warlock yang diibaratkan sebagai wizard atau mage. Kekuatan warlock terletak pada arcane power yang dimilikinya dan regenerasi health yang cepat tapi memiliki armor yang lemah.
Dalam versi beta ini kita juga bisa menjelajah map menggunakan Sparrow, sebuah hover-bike yang dimiliki setiap Guardian. Sayangnya, Sparrow tidak dilengkapi dengan persenjataan dan ketika diserang musuh kita harus turun untuk melakukan perlawanan.
Ada 3 mode permainan yang kami coba:
-. Crucible: PvP (butuh level di atas 5 untuk bermain). Sayangnya masih ada sedikit lag antar pemain, sehingga mengurangi kenyamanan bermain, namun bisa dimaklumi karena masih versi beta.
-. Explore: Free roaming untuk grinding level dan mencari peti yang berisi glimmer (mata uang di game ini). Tetapi Map yang diakses pada beta terbatas dan banyak area yang ditutup.
-. Story: Bisa bermain kooperatif dengan teman hingga empat orang untuk menyelesaikan campaign ataupun side mission.
Pada setiap misi yang diselesaikan kita akan mendapatkan reward, glimmer dan tentunya experience untuk menaikan level. Glimmer bisa digunakan untuk membeli atau upgrade senjata dan armor, item-item ini bisa dibeli di Tower, tempat NPC berkumpul.
Grafik Ciamik
Pada saat mencoba versi beta yang lalu, konsol yang digunakan adalah Xbox 360 dan Xbox one. Di Xbox 360 besar file instalasi mencapai 5 GB, sedangkan 12,3 GB diperlukan untuk pengguna konsol Xbox One.
Ukuran tersebut cukup besar untuk sebuah versi beta/demo. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bungie, framerate seluruh platform di-lock di 30 fps. Perbedaannya hanya terletak di resolusi, untuk versi current gen (Xbox 360 dan PS3) mentok di 720p sedangkan versi nextgen (Xbox One dan PS4) akan berjalan di resolusi 1080p.
Pada video komparasi grafik yang kami lakukan terlihat porsi shadow di xbox 360, berbeda jauh dengan versi 'adiknya' yang sangat detail. Tentu sektor teksturnya versi Xbox One lebih mulus dan detail, namun bukan berarti grafik di Xbox 360 jelek.
Untuk konsol yang lahir tahun 2006, kemampuan hardwarenya patut diancungi jempol untuk menjalankan game sekelas Destiny. Bahkan ketika bermain side quest dengan mode horde dan musuh yang banyak dalam satu layar, tidak terjadi gangguan framerate seperti lag dan screen tearing.
Berikut video komparasi grafiknya:
Impresi
Keputusan tepat dilakukan oleh Activision selaku publisher untuk melakukan kolaborasi dengan Bungie sebagai penggagas game Destiny, karena orang-orang di dalamnya adalah yang terbaik dalam membuat game FPS sci-fi.
Memang, gameplay masih seputar traditional first person shooter kebanyakan. Tetapi, elemen MMORPG atau sharing shooter merupakan daya tarik lebih game ini.
Game ini sangat adiktif, selama 4 hari bermain mencoba destiny, kami sampai lupa waktu bermain. Terutama saat bermain co-op online.Tidak terasa saat sedang grinding, mengulang misi untuk menaikan level hingga bermain multiplayer crucible (domination) hingga 4-6 jam.
Dengan beragam perk/abilities dan kustomisasi tampilan, senjata, armor, pesawat yang tidak terbatas, rasanya tidak salah jika Activision dan Bungie sesumbar game ini akan bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
(ash/ash)