Cryostasis, Sudah Beku Berhantu Pula!
Hide Ads

Game Review

Cryostasis, Sudah Beku Berhantu Pula!

- detikInet
Rabu, 01 Apr 2009 12:54 WIB
Jakarta - Petualangan meteorolog yang satu ini benar-benar sial. Sudah menjelajah kapal karam di suhu super beku, ia masih harus menghadapi hantu pula.

Demikianlah kisah Alexander Nesterov dalam game 'Cryostasis: Sleep of Reason'. Pemain akan membawa Alexander menjelajahi sebuah kapal pemecah es bertenaga nuklir yang karam di wilayah kutub utara.

Awal petualangan Sang Meteorolog

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permainanan berlatarkan pada tahun 1968, Alex --sebut saja demikian-- kebetulan menyaksikan kapal pemecah es bernama North Wind karam di kutub utara. Rasa penasaran Nesterov pun terusik untuk menjelajahnya.

Jika orang awam mungkin sudah segera mengambil langkah seribu, tidak demikian dengan Alex. Ilmuwan ini malah nekat mengikuti rasa keingintahuannya untuk membongkar misteri di balik tewasnya awak kapal North Wind.
 
Ternyata, di dalam kapal itu ia tak sendiri. Mayat-mayat yang telah menjelma menjadi mahluk pembunuh yang menakutkan berkeliaran di sana.

Nah, untuk menyelidiki bencana yang terjadi pada kapal itu Nesterov harus bertahan dari serangan para mahluk ganasa. Di sisi lain, ia juga harus bertahan dari iklim yang sangat tidak bersahabat. Sudah beku, berhantu pula!
 
Fitur Permainan

Action Forms selaku pengembang game ini memberikan 2 elemen utama di dalam permainan, yakni:

Mental Echo. Fitur inilah yang membuat pemain dapat merasakan kejadian yang menimpa mayat-mayat yang ditemukan sepanjang ekspedisi. Tak cukup dalam bentuk kilas balik, Mental Echo memungkinkan Alex masuk ke masa lalu sang mayat dan mengubah kejadiannya sehingga mengubah pula nasib mayat itu.

Sistem suhu. Game ini memiliki fitur terkait suhu lingkungan dan suhu tubuh Alex dan hubungan antara keduanya. Akibatnya, pemain harus selalu berupaya menghangatkan diri dengan cara mencari sumber panas seperti lampu, pemanas air ataupun obor.
 
Menjaga kehangatan tubuh dalam game ini sangatlah penting, stamina pemain akan berubah seiring dengan kondisi temperaturnya. detikINET menyarankan, jangan menyia-nyiakan jika menemui pemanas selama permainan. Sistem suhu dalam game ini benar-benar membuat pemain 'merasakan' bekunya Kutub Utara.

Sayangnya, di balik kemampuan grafis yang ciamik dan kebekuan yang merasuk pikiran, alur permainan Cryostasis terasa membosankan. Entah terpengaruh oleh suasana kesendirian yang dialami Alex atau bukan, game ini membuat pemainnya tak betah berlama-lama di depan komputer.
 
Nvidia, Dalang Kekuatan Grafis
 
Cryostasis: Sleep of Reason menggunakan engine AtmosFear 2.0. Engine berbasis directX 10 ini mampu menampilkan kualitas grafis yang tidak perlu dipertanyakan lagi. detikINET pun sempat dibuat 'melongo' dengan efek es, salju serta angin dingin di seputar Alex. Brrr!

Rupanya, selain menggunakan engine AtmosFear 2.0, game ini menggunakan teknologi PhysX dari Nvidia. Kerjasama 1C Company, selaku penerbit game ini, dengan Nvidia cukup erat.

Saking eratnya, Cryostasis hanya akan tampil maksimal jika dimainkan dengan kartu grafis yang mendukung Cuda dan PhysX. Keduanya adalah teknologi yang dimiliki Nvidia.
 
Kelebihan
+ Kualitas grafis dan suara yang patut diacungkan jempol
+ Penuh dengan dukungan teknologi terkini
 
Kekurangan
- Optimal hanya untuk VGA yang mendukung PhysX
- Gameplay cukup membosankan

Judul: Cryostasis: Sleep of Reason
Penerbit:
1C Company
Pengembang: Action Forms
Platform: PC

(wsh/wsh)
Berita Terkait