Sebab, setelah siapa saja melihat langsung proses pembuatan lensa premium tersebut di pusat manufaktur Canon di Oita -- 840 km arah barat laut Tokyo -- harga relatif mahal lensa Canon EF tersebut memang pantas disandang.
DetikINET yang melihat proses produksi lensa L series, Rabu (24/2/2016) mempunyai sejumlah catatan permakluman itu. Pertama, proses pembuatannya terbilang njelimet dan sebagian masih dilakukan secara handmade. Semakin banyak elemen dalam sebuah lensa, semakin rumit tingkat kesulitan yang dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu sama saja dengan 9 hari kerja 'hanya' untuk menuntaskan satu pekerjaan yang jika dibandingkan dengan waktu untuk membuat bodi kamera, sudah bisa menghasilkan setidaknya 3 unit bodi kamera.
Ketiga, pengawasan kualitas (quality qontrol) yang dilakukan hingga tingkat kesalahan hingga mikrometer atau kurang lebih sebesar sehelai rambut. Meski dibantu dengan komputer, memastikan tiap lensa dan unit lensa tetap presisi tetap membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Keempat, dibutuhkan keahlian khusus yang hanya bisa diperoleh di pusat manufaktur Canon selama bertahun-tahun pelatihan. "Tidak ada sekolah yang mengajarkan bagaimana cara membuat lensa yang paling baik," kata Oita Canon President Mashiko.
Kelima, dengan tingkat kesulitan, detail dan sentuhan personal tersebut, lensa L series dapat dikatakan sebagai salah satu 'karya seni' dalam dunia digital saat ini.
Percampuran teknologi optik dengan kekuatan autofokusnya membuat lensa L series menjadi salah satu standar mutu di kelasnya. Tidak heran, para fotografer amatir maupun profesional selalu berharap pada kinerja L series dalam menjaga kualitas ketajaman dan hasil foto yang dijepret. (Ari/ash)