Salah satu kemajuan teknologi kamera yang sangat terasa manfaatnya adalah auto fokus, tanpanya kita akan selalu mengatur fokus secara manual.
Saat ini semua kamera sampai ponsel saja sudah bisa auto fokus. Di kamera yang lebih serius, fitur auto fokusnya semakin ditingkatkan sehingga cepat dan jitu saat subyeknya bergerak cepat. Sayangnya terkadang masih ada saja orang yang salah persepsi soal bagaimana auto fokus itu bekerja, nah saya coba uraikan di artikel ini.
Auto fokus itu sederhananya adalah kamera yang memutar elemen fokus lensa sampai fokusnya didapat, sehingga kita tidak usah repot memutar-mutar ring fokus di lensa. Tapi tahukah Anda, di balik kesederhanaan itu masih banyak orang yang salah persepsi tentang auto fokus, beberapa di antaranya misalnya:
Mitos 1: Auto fokus selalu bisa diandalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mitos 2: Kamera selalu tahu harus fokus ke mana.

Keterangan foto: Berlatihlah memilih titik sendiri, jangan mengandalkan Auto area.
Tidak selalu, kamera cenderung ‘menyukai’ subyek yang kontras dan dekat. Maka itu jangan biasakan pakai Auto area, tapi gunakan satu titik/area kecil saja lalu kita pilih titik/area yang bertemu dengan subyek yang ingin difoto.
Mitos 3: Kamera DSLR dengan banyak titik fokus lebih bagus daripada yang titiknya sedikit.

Keterangan foto: Canon 6D ada 11 titik, sedangkan 5D mk III ada 61 titik.
Saat saya pakai DSLR pertama kali, cuma ada 3 titik fokus saja. Saat ini semua kamera DSLR modern punya titik yang cukup banyak, misalnya 9 titik, 11 titik atau lebih. Untuk alasan tertentu, ada juga kamera yang punya titik sangat banyak, misalnya 39 titik, 51 titik dan sebagainya.
Apakah kamera yang titiknya lebih banyak itu artinya lebih bagus? Tidak juga, banyaknya titik memang akan memberi kita lebih banyak pilihan, atau lebih bisa diandalkan saat fokus kontinu (benda yang bergerak kiri kanan), tapi menurut saya 9 atau 11 titik sudah mencukupi untuk kebutuhan dasar fotografi.
Mitos 4: Kamera canggih auto fokusnya selalu cepat.
Tidak selalu, untuk sistem DSLR jawabannya tergantung lensa apa yang dipasang. Kecepatan kamera mencari fokus lebih ditentukan dari kualitas lensa yang dipasang, seperti apa jenis motor fokusnya (motor biasa atau ultrasonic motor) akan menentukan kecepatan auto fokus. Di sistem mirrorless, selain dari faktor lensa, faktor lain yang menentukan cepat tidaknya auto fokus adalah teknologi AF-nya, misal ada hybrid AF di sebagian kamera Sony, Fuji, Samsung, atau DFD-AF di sistem Panasonic.
Mitos 5: Kamera DSLR auto fokusnya selalu akurat.
Tidak selalu, tergantung apakah lensanya mengalami masalah front/back focus. Bila lensanya sedikit meleset fokusnya, ada kamera DSLR tertentu yang menyediakan fitur AF fine tune / micro adjustment. Karena ada perbedaan di prinsip kerja auto fokus antara DSLR dan mirrorless, kamera mirrorless lebih aman dari resiko miss focus ini.
Mitos 6: saat memilih 1 titik fokus, maka area di titik itu akan fokus dan selain itu akan blur.

Keterangan foto: Bagian dari subyek yang bertemu dengan titik yang dipilih akan fokus dan tajam.
Tidak selalu, saat memilih 1 titik fokus, pada dasarnya kita cuma memberi tahu kamera kalau kita kamera fokus pada titik itu. Bagian lain yang tidak kena titik belum tentu blur, tergantung seberapa jarak subyeknya terhadap kamera.
Mitos 7: kamera bisa fokus ke semua titik.
Semua titik fokus bisa kita manfaatkan untuk mencari fokus, tapi kamera hanya bisa fokus ke satu jarak saja. Sama seperti mata kita, kamera juga tidak bisa disuruh fokus ke benda yang dekat sekaligus fokus juga ke benda yang jauh. Kalau kita mau fokus semua, maka pakai bukaan kecil atau teknik hiperfokal.
Mitos 8: DSLR selalu lebih unggul dalam urusan auto fokus.

Keterangan foto: Fitur Lock-on AF di kamera mirrorless.
Anggapan ini awalnya ada karena cara deteksi fasa di DSLR memang lebih cepat dari deteksi kontras di kamera digital biasa. Tapi lama-lama kamera digital biasa khususnya mirrorless juga mulai menerapkan deteksi fasa pada sensornya sehingga auto fokusnya juga cepat dan tidak hunting. Bahkan kamera mirrorless bisa lebih dikembangkan teknologi auto fokusnya karena bisa mengenali subyek (khususnya wajah) dan bisa menyentuh layar untuk memilih area fokus.
Mitos 9: kalau subyeknya terlalu dekat, kamera tidak bisa auto fokus, disiasati saja pakai manual fokus.
Di tiap lensa ada yang namanya Minimum Focus Distance, jarak minimum antara sensor dan subyek supaya kamera bisa fokus. Misalnya satu lensa punya MFD 28 cm, maka kalau kita letakkan subyek terlalu dekat dengan lensa, auto fokus tidak akan berhasil mendapatkan fokus. Apa bisa diakali dengan manual fokus? Tidak bisa. Toh pada prinsipnya kan AF atau MF sama saja, hanya bedanya siapa yang memutar ring fokusnya. Solusinya ya MFD ini harus dipatuhi, jangan memotret dalam jarak yang terlalu dekat, kecuali anda pakai lensa makro.
Mitos 10: kamera tidak bisa fokus ke subyek yang jauh sekali.
Tidak benar, lensa dirancang selalu bisa fokus ke jarak tak terhingga (infinity), kecuali kalau dimodifikasi seperti dipasang extention tube misalnya. Jadi kalau mau fokus ke bulan atau bintang di langit saat malam pun boleh-boleh saja ya..
---
Memang ternyata pemahaman tentang auto fokus tidak sesimpel yang disangka, tapi sebetulnya dia juga tidak rumit juga, intinya pahami dulu dan banyak dipraktekkan.
*) Penulis, Erwin Mulyadi merupakan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi.com.
Mau konsultasi berbagai hal seputar fotografi? Kirim saja pertanyaan ke Klinik IT detikINET di link berikut.
(ash/ash)