Fotografer Ini Nekat Memotret Wabah Ebola dari Dekat
Hide Ads

Fotografer Ini Nekat Memotret Wabah Ebola dari Dekat

Ari Saputra - detikInet
Jumat, 22 Agu 2014 10:40 WIB
John Moore (gettyimages)
Jakarta - Sulit untuk memberi ungkapan yang tepat bagi John Moore, fotografer Gettyimages. Ia jauh-jauh terbang dari New York untuk memotret wabah Ebola di Liberia, Afrika. Sebuah musuh laten yang tidak terlihat namun nyata dan di depan mata.

"Saya tidak dapat menghadiri pernikahan teman saya sekembalinya ke New York. Siapa sih yang tidak takut untuk berdekatan dengan orang yang baru kembali dari bangsal isolasi Ebola," kata John Moore seperti di kutip dari Time (20/8).

Ketakutan masyarakat umum mudah dipahami. Sebab, WHO telah menyatakan ebola menjadi darurat internasional. Yang terkena virus tersebut bakal keluar keringat darah dan dalam tempo tertentu dipastikan meninggal karena belum ditemukan obatnya.



Mau nggak mau, John Moore kudu mempersiapkan matang-matang terutama peralatan kesehatan yang digunakan.

"Saya membawa 24 set baju, masker dan tempat tidur. Setengah lusin kacamata, sepatu bot karet dan 400 sarung tangan karet. Juga berbagai pembersih tangan dan tisu. Saya memakai pakaian khusus saat memotret tempat pembakaran jenazah. Kemudian disemprot dengan disinfektan satu per satu. Agak membosankan dan memakan waktu tetapi itulah prosedurnya" imbuh Moore.



Untuk mempermudah, ia mengontak fixer (pemandu khusus untuk wartawan, biasanya warga lokal yang telah hafal lokasi), LSM dan tenaga medis dari UNICEF. Ia lalu menyambangi warga dari rumah ke rumah di sebuah tempat di West Gate, Liberia, salah satu lokasi terparah. Serta berbagai tempat yang diperkirakan mencukupi bagi Moore untuk membuat foto cerita yang lengkap.



"Mereka mengetahui lingkungan mana yang sudah terjangkit. Dimana orang-orang yang telah meninggal. Juga menjaga saya dari ancaman warga," ucap Moore.

"Saya diberitahu siapa pemimpin pemakaman. Saya bilang, saya ingin ke lokasi tersebut dan memotret jenazah yang terjangkit Ebola. Saya berbicara dengan keluarga korban dan mengatakan kepada mereka betapa menyesalnya saya dan bertanya apakah aku bisa mengambil beberapa foto untuk ditunjukan kepada dunia luar apa yang terjadi di Liberia. Saya meminta izin memotret dan diperbolehkan," tukas Moore.



Dalam beberapa pekan, Moore menyelesaikan foto-fotonya. Hasilnya benar-benar real. Mampu memotret dari jarak paling dekat dan mematikan meski bertaruh nyawa dan resiko tertular Ebola. Bila bukan karena nekat dan berani, tidak lain tuntutan profesi dan naluri jurnalistik yang membuatnya merampungkan 'perjalanan maut' tersebut.

(Ari/ash)
Berita Terkait