Waduh, Perempuan Korsel Anggap Menikah dan Punya Anak Bukan Prioritas

Waduh, Perempuan Korsel Anggap Menikah dan Punya Anak Bukan Prioritas

ADVERTISEMENT

FotoINET

Waduh, Perempuan Korsel Anggap Menikah dan Punya Anak Bukan Prioritas

Getty Images - detikInet
Selasa, 07 Mar 2023 19:45 WIB

Seoul - Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Seperti diberitakan, krisis demografi Korsel makin parah setelah data terbaru menunjukkan jumlah bayi yang lahir tahun lalu mencapai rekor terendah. Menurut Statistik Korea, 249.000 bayi lahir di 2022, turun 4,4% dari 2021, menjadikan Korsel negara dengan angka kelahiran terendah dunia. Getty Images/ED JONES

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Nah, di survei terbaru yang digelar Park Jeong Min, profesor di Seoul National University dan dipublikasikan di Korean Journal of Social Welfare Studies, hanya 4% wanita Korea muda dan single (belum menikah di umur 20-30 tahun) yang menganggap penting pernikahan dan merawat anak dalam hidup mereka. Getty Images/ED JONES

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Seperti dikutip detikINET dari Korea Times, dari kaum pria, 13% menganggap hal itu penting. Lebih dari 53% wanita setuju bahwa pernikahan dan melahirkan tidak penting dalam kehidupan wanita, sementara kaum pria persentasenya lebih rendah, 26%. Getty Images/ED JONES

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Menurunnya tingkat kelahiran dan kesuburan wanita Korea tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan meski pemerintah sudah berupaya mengatasi fenomena ini. Dalam 16 tahun terakhir, sudah USD 210 miliar dikeluarkan untuk meningkatkan jumlah kelahiran. Getty Images/JUNG YEON-JE

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Choi Seul Ki, pakar kebijakan populasi di Korea Development Institute menyatakan kebijakan pemerintah Korea mungkin kurang efektif. Menurutnya, memaksa anak muda untuk menikah malah membuat mereka makin skeptis. Getty Images/Sam Mellish

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.

Misalnya saja, dengan menambah lapangan kerja, menurunkan harga rumah dan mengatasi kesenjangan. Memang generasi muda di Korea Selatan makin enggan menikah seiring biaya kebutuhan hidup yang makin tinggi. Simon Shin/Getty Images

Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
Seperti Jepang dan beberapa negara, Korsel kini dihadapi krisis populasi gegara angka kelahiran rendah. Wanita Korea menilai nikah dan punya anak tak penting.
(/)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT