Para Juragan Teknologi yang Ingin Akali Kematian
Hide Ads

FotoINET

Para Juragan Teknologi yang Ingin Akali Kematian

Istimewa - detikInet
Minggu, 19 Mei 2019 03:17 WIB

Jakarta - Kaya luar biasa dan punya akses terhadap beragam teknologi, para sosok ini bermimpi hidup abadi atau setidaknya berumur panjang dan tetap sehat. Siapa saja?

CEO Amazon, Jeff Bezos yang mencuri perhatian saat tiba di konferensi di Sun Valley, Amerika Serikat. Fisiknya terlihat sangat kekar dan berbeda dengan penampilannya beberapa tahun sebelumnya. Ternyata, perubahan fisik Bezos didasari dengan obsesinya terhadap keinginan untuk awet muda dan memperpanjang usia hidup manusia. Foto: istimewa

Untuk tetap terlihat awet muda, pria usia 55 tahun ini menerapkan gaya hidup sehat. Ia selalu tidur 8 jam sehari dan bangun pagi tanpa menggunakan alarm. Ia juga tak senang menghadiri rapat di pagi hari. Sebelum bekerja, Bezos selalu menyempatkan olahraga menggunakan treadmill. Untuk membantu membentuk fisik jadi lebih kekar, ia juga melakukan resistance training. Foto: istimewa Β 

Namun, investasi Bezos yang paling menarik perhatian adalah investasinya di Unity, perusahaan yang sedang mengembangkan obat untuk mengeliminasi penyakit yang biasanya identik dengan penuaan. Jadi, Unity bukan perusahaan yang menjanjikan manusia hidup selamanya. Jika obat yang dikembangkan Unity terbukti ampuh, manusia dapat jadi aktif lebih lama, walau sudah mencapai usia tua. Foto: istimewa

Jeff Bezos sekarang adalah manusia terkaya sedunia. Mungkin wajar ia ingin menikmati hidup dan kekayaanya lebih lama. Foto: Istimewa

Pendiri Paypal, Peter Thiel yang kini berusia 51 tahun, bergabung dengan Jeff Bezos berinvestasi di perusahaan Unity Biotechnology, perusahaan yang sedang mengembangkan obat untuk mengeliminasi penyakit yang biasanya identik dengan penuaan. Foto: istimewa

Selain investasinya di Unity, Thiel juga mempertimbangkan metode yang kontroversial untuk mencegah penuaan, yaitu vampirisme. Thiel dikabarkan telah mengontak Ambrosia, perusahaan yang melakukan uji coba klinis untuk mencari tahu apakah transfusi darah dapat menghentikan proses penuaan. Foto: istimewa

Ambrosia mematok USD 8.000 (Rp 115 juta) untuk siapa saja yang ingin mengikuti uji coba. Dalam uji coba, orang sehat berusia lebih dari 35 tahun akan menerima transfusi darah dari orang sehat berusia di bawah 25 tahun dan dilihat efeknya terhadap kesehatan. Tahun 2016, Thiel dikabarkan menghabiskan USD 40.000 (Rp 575 juta) setiap kuartal untuk mendapatkan transfusi darah dari remaja berusia 18 tahun. Foto: istimewa

Jika cara-cara tersebut tidak berhasil, Thiel memiliki alternatif terakhir. Ia telah mendaftar di perusahaan cryogenic, Alcor untuk membekukan badannya di nitrogen cair saat ia mati. Dengan membayar USD 200.000 (Rp 2,8 miliar), badan Thiel akan dibekukan dengan harapan akan dapat dihidupkan lagi di masa depan. Foto: Getty Images

Salah satu pendiri Google, Sergey Brin, termasuk salah satu bos teknologi di Silicon Valley yang terobsesi dengan penuaan dan ambisi untuk hidup selamanya. Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, pria berusia 45 tahun ini mendukung gerakan National Academy of Medicine yang fokus untuk melakukan riset untuk menghentikan penuaan selamanya. Foto: istimewa

Pada tahun 2013, Google meluncurkan anak perusahaan baru yang dinamai Calico (California Life Company). Calico merupakan perusahaan kesehatan yang fokus kepada penuaan, penyakit yang terkait dengan penuaan, dan umur panjang. Foto: istimewa

Diumumkannya Calico bahkan diikuti laporan dari majalah Time dan sampul majalah yang berisi pertanyaan provokatif: 'Can Google Solve Death?'. Google sendiri telah menanam investasi USD 1 miliar (Rp 14 triliun) untuk membiayai dana riset Calico. Mereka belum mengembangkan produk kesehatan atau pun bioteknologi. Riset yang telah dilakukan Calico baru terbatas pada bagaimana asupan kalori mempengaruhi kesehatan keseluruhan seekor tikus. Foto: istimewa

Namun, didirikannya Calico justru membuat Brin disindir oleh penulis Yuval Noah Hararai. Dalam bukunya yang berjudul 'Homo Deus', Hararai menulis bahwa Google tidak akan menyelesaikan kematian pada waktunya untuk membuat Brin dan pendiri Google lain, Larry Page, untuk hidup selamanya. Brin merespon sindiran ini dengan berkata,”Tidak, saya tidak berencana untuk mati".

Sam Altman adalah presiden dari perusahaan venture capital Y Combinator dan salah satu pendiri perusahaan riset kecerdasan buatan (AI) OpenAI bersama Elon Musk. Ia mendaftarkan dirinya ke daftar tunggu milik perusahaan Nectome untuk mengunggah isi otaknya ke dalam cloud sehingga kesadarannya tetap hidup ketika ia sudah mati. Untuk masuk dalam daftar tunggu tersebut, Altman harus merogoh kocek sebesar USD 10.000 (Rp 143 juta). Foto: Fortune

"Aku memperkirakan otakku akan diunggah ke cloud," kata Altman kepada MIT Technology Review. Foto: istimewa Β 

Nectome adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 2016 oleh dua orang peneliti AI dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).Salah satu proses yang harus dilewati pelanggan Nectome untuk mengunggah isi otaknya ke cloud melibatkan teknik pembalseman berteknologi tinggi yang akan berakibat pada kematian. Foto: istimewa Β 

Jadi, individu yang sudah sakit keras akan dihubungkan ke mesin jantung dan paru-paru, kemudian campuran pembalseman akan dipompa ke arteri cateroid di leher mereka saat mereka masih hidup tapi berada di bawah anestesi umum. Nectome sendiri belum memiliki teknologi yang dapat memungkinkan mereka untuk mengunggah isi otak manusia ke cloud. Tapi mereka berjanji untuk mendemonstrasikan simulasi 'jaringan neural biologis' pada tahun 2024. Foto: CNN Β 

(/)