Rumah Sakit Terbang Benar-Benar Ada, Begini Penampakannya
Hide Ads

FotoINET

Rumah Sakit Terbang Benar-Benar Ada, Begini Penampakannya

Getty Images - detikInet
Senin, 28 Mei 2018 17:46 WIB

Peru - Bila dulu untuk mengobati penyakit serius orang harus pergi hingga Amerika dan Eropa untuk berobat. Sekarang tersedia sebuah pesawat layaknya rumah sakit.

Kecanggihan teknologi di bidang medis seringkali berkembang kurang merata di sejumlah negara di dunia. Butuh dana besar untuk mengobati beberapa penyakit serius, termasuk penyakit mata yang untuk melakukan operasi harus dilaksanakan di rumah sakit mata tertentu di luar negeri. Leon Neal/Getty Images.

Hal ini yang menjadi dasar sebuah perusahaan non-profit, Orbis, untuk mengembangkan sebuah 'rumah sakit mata melayang' yang memiliki fasilitas bedah seperti di rumah sakit besar dan menyediakan fasilitas pembelajaran tentang perawatan mutakhir untuk penyakit mata ke banyak negara di dunia, khususnya negara berkembang. Chris Jackson/Getty Images.

Sejak didirikan, Orbis yang berbasis di Amerika Serikat telah melatih puluhan ribu dokter dan perawat, melakukan jutaan pemeriksaan mata, dan melakukan ribuan operasi mata. Salah saeorang dokter memegang empat kornea donor untuk proses operasi di atas 'rumah sakit mata melayang'. Leon Neal/Getty Images.

Tim medis Orbis tinggal di satu lokasi selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit mata, serta memberikan pelatihan kepada para dokter di daerah tersebut terkait perawatan dan pengobatan mata. Seperti saat berkunjung di Peru, seorang dokter setempat sedang belajar melakukan operasi transplatasi kornea mata menggunakan robot dari pusat belajar Orbis. Leon Neal/Getty Images.

Seorang dokter sedang memegang retina untuk pelatihan reti eye di atas pesawat rumah sakit mata Orbis. Rumah Sakit Mata Orbis pada tanggal 17 April 2018 telah didirikan di Trujillo, Peru. Leon Neal/Getty Images.

Salah satu pasien pertama yang mendapat perawatan di 'rumah sakit mata melayang' di Peru ini adalah Diana, seorang gadis 17 tahun yang menderita distrofi kornea Reis-Buckler. Sebuah kondisi genetik langka yang menyebabkan lapisan kritis mata hancur. Leon Neal/Getty Images.

Diana kehilangan penglihatan sejak berumur 9 tahun dan penyakit tersebut menyebabkannya menjadi gadis yang tidak percaya diri hingga membuatnya putus sekolah dan tidak mau keluar rumah. Operasi transplantasi kornea yang dilakukannya ini memerikan harapan besar bagi Diana untuk dapat kembali melihat dan pulih seperti sedia kala. Leon Neal/Getty Images.

Seorang dokter yang menangani operasi transplantasi kornea Diana, sedang mempersiapkan operasi. Leon Neal/Getty Images.

Seorang bedah ahli sedang melakukan operasi transplantasi kornea Diana. Leon Neal/Getty Images.

Selama proses operasi tersebut para dokter mata di beberapa daerah Peru mengamati proses operasi melalui layar yang ditampilkan di luar ruang bedah. Leon Neal/Getty Images.

Operasi transplantasi kornea tersebut berjalan panjang. Butuh waktu untuk kornea yang baru beradaptasi dengan mata Diana. Leon Neal/Getty Images.

Setelah operasi transplantasi kornea selesai dilakukan Diana masih harus berkunjung ke rumah sakit untuk melakukan check up dan melepas penutup matanya. Leon Neal/Getty Images.

(/)