Facebook menjadi wadah bagi IRA untuk mengacaukan kampanye pilpres AS 2016 dengan membuat sejumlah seruan yang tampak menjatuhkan kedua calon, Trump dan Clinton. (Foto: Reuters)
Dari 2015 hingga 2017, Rusia membuat sekitar 129 event tentang aksi anti Trump maupun pro muslim, dengan sekitar 62 ribu user menghadirinya secara keseluruhan. (Foto: CNET)
Untuk meningkatkan intensitas isu rasial pada pemilihan presiden AS 2016, Rusia menyebar iklan-iklan yang berbau pergerakan masyarakat kulit hitam. (Foto: CNET)
IRA turut menyebar sejumlah iklan dan grup yang mengangkat isu keamanan perbatasan negara sekaligus sentimen terhadap anti imigrasi pada kampanye Donald Trump. (Foto: CNET)
Keberpihakan terhadap kepemilikan senjata juga digaungkan oleh deretan iklan yang mengarah ke hal tersebut. (Foto: CNET)
Terdapat grup bernama Heart of Texas yang memiliki 253.862 pengikut. Di dalamnya, masalah senjata, imigrasi, hingga anti Hillary Clinton menjadi sejumlah isu yang diangkat khusus untuk warga Texas. (Foto: CNET)
Sejumlah grup yang mendukung diakuinya kaum LGBT seperti LGBT United juga diciptakan untuk memberikan serangan balik terhadap protes yang kerap ditujukan pada golongan tersebut. (Foto: CNET)
Kampanye anti muslim yang menyeret nama Trump dan Clinton juga dibuat oleh IRA. (Foto: CNET)
Banyak unggahan dari IRA yang memposisikan dirinya sebagai pro militer dan anti Clinton. Sejumlah unggahannya pun mengangkat para veteran untuk membangun kelompok masyarakat baru. (Foto: CNET)
Iklan dan grup paling banyak dijumpai adalah yang mengangkat Trump, sekaligus menjatuhkan Clinton. Bahkan, sempat muncul #HillaryClintonForPrison2016. (Foto: CNET)