Ledakan Uji Coba Bom Atom Oppenheimer Berimbas Parah ke 46 Wilayah

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 21 Jul 2023 18:15 WIB
Awan jamur dari ledakan uji coba bom atom Trinity. Foto: Corbis via Getty Images
Jakarta -

Pada Juli 1945, ketika J. Robert Oppenheimer dan peneliti lain yang tergabung dalam Proyek Manhattan bersiap menguji bom atom pertama di dunia di gurun New Mexico, mereka mungkin tak terpikir betapa dahsyat dampak ledakan tersebut dan bagaimana teknologi tersebut berubah menjadi senjata pemusnah massal.

Ketika perangkat ledakan plutonium dipasang di atas menara logam setinggi 30 meter dalam penguijian yang diberi nama kode Trinity, ledakan yang dihasilkan jauh lebih kuat dari yang diperkirakan. Kemunculan awan berbentuk jamur raksasa bercahaya juga berkali-kali lebih tinggi mencapai atmosfer dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni sekitar 15 ribu meter - 21 meter.

Ke mana dampak dari ledakan itu pergi? Sebuah studi baru yang dirilis pada Kamis (20/7) sebelum diserahkan ke jurnal ilmiah untuk tinjauan sejawat, menunjukkan bahwa dampak awan jamur dan kejatuhannya lebih jauh dari yang dibayangkan para ilmuwan di Proyek Manhattan pada tahun 1945.

Menggunakan software pemodelan canggih dan data cuaca historis, penulis penelitian mengatakan bahwa kejatuhan zat radioaktif dari uji Trinity mencapai 46 negara bagian Kanada dan Meksiko dalam waktu 10 hari setelah ledakan.

"Ini adalah temuan besar dan, pada saat yang sama, seharusnya tidak mengejutkan siapa pun," kata penulis utama studi tersebut, Sébastien Philippe, peneliti dan ilmuwan di Princeton University, Science and Global Security Program, dikutip dari The New York Times.

Studi ini juga menganalisis kembali kejatuhan dari 93 tes bom atom AS di sebuah lahan di Nevada dan membuat peta yang menggambarkan pengendapan komposit bahan radioaktif di seluruh AS yang berdekatan dengan area tersebut. Tim juga berharap ke depannya mereka bisa mempelajari tes bom atom AS di Samudra Pasifik.

"Berapa banyak dampak kejatuhan Trinity yang masih tersisa di lokasi pengendapan asli di seluruh negeri sulit untuk dihitung," kata Susan Alzner, penulis studi dan salah satu pendiri Shift7, sebuah organisasi yang mengoordinasikan penelitian studi tersebut.

Studi ini mendokumentasikan pengendapan zat radioaktif saat pertama kali menyentuh tanah pada tahun 1945. "Ini ibarat gambar yang beku dalam waktu," katanya.

Perkiraan densitas pengendapan radionuklida untuk 10 hari pertama setelah peledakan uji Trinity pada 16 Juli 1945, pukul 05.29 waktu setempat. Foto: Sébastien Philippe, Susan Alzner, Gilbert P. Compo, Mason Grimshaw, Megan Smith

Dampak Awan Jamur

Temuan ini dapat dikutip oleh advokat yang mendata jumlah orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi pemerintah federal karena telah terpapar radiasi dari ledakan nuklir di atmosfer.

Jangkauan awan dari dampak uji Trinity memang dipantau oleh para fisikawan dan dokter di Proyek Manhattan. Namun mereka meremehkan jangkauannya. "Mereka sadar bahwa ada bahaya radioaktif, tetapi mereka hanya memikirkan risiko akut di area sekitar lokasi ledakan langsung," kata Alex Wellerstein, sejarawan nuklir di Stevens Institute of Technology di New Jersey.

Menurut Wellerstein, mereka memiliki sedikit pemahaman, tentang bagaimana bahan radioaktif dapat tertanam dalam ekosistem, baik jarak dekat maupun jauh. "Mereka tidak benar-benar memikirkan efek dosis rendah pada populasi besar, yang merupakan masalah dari kejatuhan paparan ledakan bom atom," kecamnya.

Pada saat itu, Dr. Stafford L. Warren, seorang dokter Proyek Manhattan yang punya spesialisasi dalam kedokteran nuklir, melapor kepada Letnan Jenderal Leslie Groves, pemimpin Proyek Manhattan, bahwa awan dari ledakan Trinity tetap membumbung tinggi di sudut timur laut tempat uji coba selama beberapa jam.

Berbagai tingkatan awan jamur terlihat menyebar dan bergerak ke arah yang berbeda-beda. Namun Warren meyakinkan Jenderal Groves bahwa pengukuran jangkauan penyebaran awan itu bisa dilakukan nanti.

"Dalam beberapa dekade berikutnya, kurangnya data penting telah mempersulit penilaian dan upaya studi tentang daya jangkau uji Trinity. AS tidak memiliki stasiun pemantauan nasional pada tahun 1945 untuk melacak dampak tersebut," kata Philippe.

Selain itu, cuaca historis penting dan data atmosfer baru tersedia dari tahun 1948 dan seterusnya. Reka ulang dampak dari uji bom atom di Nevada pada tahun 1951 lebih mudah dilakukan. Sayangnya, untuk menganalisi ulang dampak uji Trinity sulit dilakukan karena kurangnya data.

"Kumpulan data untuk pengujian di Nevada dan data yang tersedia yang mungkin dapat kami temukan untuk Trinity tidak dapat dibandingkan. Kita tidak bisa menempatkan mereka di kondisi yang sama. Maka kami memutuskan untuk terus mendorong hal ini," sebut Alzner.

Bertekad untuk mengisi kekosongan, tim penelitian memulai studi sekitar 18 bulan lalu. Philippe memiliki latar belakang yang luas dalam pemodelan kejatuhan radiasi dan merupakan penulis proyek serupa pada tahun 2021 yang mendokumentasikan efek dari uji coba nuklir Prancis.

Sementara itu, Alzner dan Megan Smith, salah satu pendiri Shift7 lainnya dan mantan Chief Technology Officer dalam pemerintahan Presiden AS Barack Obama, menghubungi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Di sana, Gilbert P. Compo, seorang ilmuwan peneliti senior di University of Colorado dan NOAA Physical Sciences Laboratory mengatakan kepada tim bahwa European Centre for Medium-Range Weather Forecast, seminggu sebelumnya merilis data historis yang memetakan pola cuaca yang meluas 9 ribu meter atau lebih tinggi di atas permukaan Bumi.

"Untuk pertama kalinya, kami memiliki rekonstruksi cuaca paling akurat setiap jam sejak tahun 1940, di seluruh dunia. Setiap peristiwa yang mengudara, apa pun itu, sekarang dapat dilacak, per jam," kata Compo, yang menjadi salah satu penulis studi tersebut.

Dengan menggunakan data dan perangkat lunak baru yang dibuat oleh NOAA, Philippe kemudian menganalisis kembali kejatuhan Trinity. Kendati penulis studi mengakui keterbatasan dan ketidakpastian dalam perhitungan mereka, mereka berpendapat bahwa perkiraan mereka kemungkinan besar tetap rendah secara konservatif.

"Ini adalah studi yang sangat komprehensif dan dijalankan dengan baik," kata MV Ramana, profesor dari University of British Columbia, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Ramana tidak terkejut dengan temuan penelitian tentang Trinity. "Saya berharap perkiraan lama mengecilkan apa yang sebenarnya disimpan," katanya.

Selanjutnya: Malang dan Mirisnya Warga New Mexico




(rns/rns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork