Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan dalam adopsi kecerdasan buatan (AI). Ini terungkap berdasarkan laporan terbaru e-Conomy SEA 2025 yang dirilis hasil kolaborasi Google, Temasek, Bain & Company.
Masifnya penggunaan teknologi AI ini membuat Indonesia berada pada posisi strategis sebagai pemimpin AI di kawasan Asia Tenggara.
Country Director Google Indonesia, Veronica Utami mengungkapkan Indonesia termasuk ke dalam jajaran 20 besar negara tertinggi di dunia yang memanfaatkan Nano Banana dengan menghasilkan 18 juta image generation setiap harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minat dan adopsi AI yang sangat kuat dari konsumen juga mendorong momentum komersial dimana Indonesia menunjukkan momentum komersial terkuat untuk aplikasi AI di seluruh kawasan, dengan memimpin dalam pertumbuhan pendapatan aplikasi berbasis AI yang melonjak hingga 127% antara paruh pertama 2024 dan paruh pertama 2025, tertinggi di Asia Tenggara," tutur Veronica di Kantor Google Indonesia, Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Lebih dari sekadar penggunaan harian, pemanfaatan teknologi teranyar ini terlihat di dunia kerja, yakni 79% pengguna aktif mempelajari dan meningkatkan keterampilan terkait AI.
"Motivasi utama mereka adalah untuk meningkatkan efisiensi, menghemat waktu riset dan perbandingan (51%), mendapatkan rekomendasi yang lebih personal (35%), serta keamanan yang lebih baik (32%)," ucapnya.
Meski momentum pengguna sangat kuat, laporan itu juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi. Jumlah startup AI di Indonesia masih sekitar 45+ dan hanya menyumbang 4% dari total pendanaan untuk kawasan ASEAN-10, di mana angka itu jauh di bawah negara seperti Singapura (495+ startup) dan Malaysia (60+).
"AI ini bukan sekedar fase teknologi, tetapi mentransformasi cara bisnis, cara kita beroperasi dan juga berkembang. Urgensinya bagi Indonesia itu jelas, kita harus secara strategis mengubah antusiasme dan keterbukaan pengguna dalam mengodopsi teknologi tersebut," ungkap Veronica.
Dalam laporan e-Conomy SEA 2025 ini menggarisbawahi urgensinya bahwa Indonesia perlu secara strategis mengubah antusiasme pengguna dan momentum pasar menjadi inovasi dalam negeri.
Veronica mengungkapkan bahwa persoalan tersebut dapat diatasi dengan kolaborasi antara investor, pembuat kebijakan, dan pelaku bisnis untuk membangun infrastruktur, mengembangkan talenta, memastikan adopsi dan integrasi AI yang cerdas, serta memperkuat kepercayaan melalui tata kelola yang baik.
"Indonesia berada pada posisi yang sangat kuat untuk mengamankan kepemimpinannya di masa depan Asia Tenggara yang digerakkan oleh AI," ucapnya.
(agt/rns)











































