Microsoft Berbisnis dengan Israel, Pegawai Senior Resign
Hide Ads

Microsoft Berbisnis dengan Israel, Pegawai Senior Resign

Tim - detikInet
Sabtu, 11 Okt 2025 20:00 WIB
kantor microsoft
Foto: Filmateria Digital LLC
Jakarta -

Seorang engineer senior Microsoft memutuskan mengundurkan diri setelah 13 tahun bekerja di raksasa software tersebut. Ia menuding Microsoft tetap menjual layanan cloud kepada militer Israel dan juga menolak membahas perang di Gaza secara terbuka.

Scott Sutfin-Glowski, yang menjabat sebagai Principal Software Engineer, mengumumkan kepada rekan-rekannya bahwa minggu ini akan menjadi minggu terakhirnya di Microsoft.

"Saya tidak bisa lagi menerima kenyataan bahwa saya turut memungkinkan terjadinya apa yang mungkin merupakan kekejaman terburuk di zaman kita," tulis Sutfin-Glowski dalam surat pengunduran diri yang dikutip detikINET dari CNBC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam surat tersebut, ia mengacu laporan Associated Press Februari lalu yang menyebut militer Israel punya sedikitnya 635 langganan layanan Microsoft dan menurutnya sebagian besar dari langganan itu masih aktif hingga kini. Pihak Microsoft menolak memberikan komentar terkait pengunduran diri tersebut.

ADVERTISEMENT

Langkah Sutfin-Glowski terjadi sehari setelah Presiden Donald Trump mengumumkan Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana perdamaian. Associated Press juga melaporkan pemerintah AS mengirim sekitar 200 tentara ke Israel untuk membantu mendukung kesepakatan gencatan senjata.

Konflik tersebut telah menjadi sumber ketegangan yang berkepanjangan di internal Microsoft. Selama beberapa bulan terakhir, sejumlah karyawan menggelar protes terhadap kerja sama perusahaan dengan militer Israel. Lima orang karyawan dipecat karena aksi tersebut.

September lalu, Microsoft mengumumkan menyetop penyediaan beberapa layanan untuk salah satu divisi Kementerian Pertahanan Israel, meski tidak menjelaskan secara rinci. Keputusan itu diambil setelah perusahaan menyelidiki laporan Guardian yang menyebut Unit 8200 milik militer Israel mengembangkan sistem untuk melacak panggilan telepon warga Palestina.

Sutfin-Glowski juga menuduh perusahaan memutus saluran komunikasi internal yang sebelumnya digunakan karyawan untuk menyampaikan kekhawatiran soal penggunaan produk Microsoft oleh militer Israel.

Pada Kamis, di luar salah satu gedung kantor pusat Microsoft di Redmond, sekelompok karyawan dan anggota komunitas menggelar aksi dengan membentangkan spanduk yang menyerukan agar perusahaan menghentikan kerja sama dengan Israel. Aksi itu diorganisasi kelompok No Azure for Apartheid, yang sejak lama mendesak Microsoft mendengarkan lebih dari 1.500 karyawan yang menandatangani petisi mendukung gencatan senjata di Gaza.

"Hari ini, gencatan senjata di Gaza akhirnya diberlakukan setelah dua tahun genosida. Namun kekejaman, pelanggaran hak asasi manusia, kejahatan perang, apartheid, dan pendudukan masih terus berlanjut," tulis Sutfin-Glowski.




(fyk/fyk)
Berita Terkait