Mantan CEO Spotify Suntik Duit untuk Alutsista Tempur Berbasis AI
Hide Ads

Mantan CEO Spotify Suntik Duit untuk Alutsista Tempur Berbasis AI

Anggoro Suryo - detikInet
Senin, 06 Okt 2025 14:45 WIB
Perusahaan pertahanan Helsing resmi meluncurkan CA-1 Europa, sebuah sistem tempur udara berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI), di Tussenhausen, Jerman, Kamis (25/9/2025). Inovasi ini disebut akan menjadi salah satu terobosan penting dalam strategi pertahanan udara modern Eropa. REUTERS/Michaela Stache
Helsing CA-1 Europa. Foto: REUTERS/Michaela Stache
Jakarta -

Gelombang baru teknologi militer tengah mengubah medan tempur modern, dan startup Eropa bernama Helsing menjadi salah satu pemain utamanya.

Mereka menggabungkan kecerdasan buatan, robotika, dan komputer visi untuk menciptakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) generasi baru yang bisa diproduksi cepat dan lebih murah dibanding sistem tradisional.

Pendanaan untuk sektor pertahanan kini tak hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari investor swasta. Gundbert Scherf, salah satu pendiri Helsing dan mantan penasihat Kementerian Pertahanan Jerman, menyebut transformasi ini sebagai revolusi besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan bahwa model bisnisnya kini benar-benar berbeda karena perusahaan tidak lagi menunggu kontrak negara, melainkan langsung mengembangkan produk dengan modal ventura.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah revolusi yang cukup besar dalam industri pertahanan," kata Scherf saat diwawancara oleh New York Times, seperti dikutip detikINET dari Techspot, Senin (6/10/2025).

Didirikan pada 2021 dengan dukungan investor seperti Daniel Ek, yang baru saja mundur dari posisinya sebagai CEO Spotify, Helsing kini memasok Ukraina dengan drone dan sistem AI yang diperbarui setiap beberapa minggu berdasarkan kondisi perang. Perusahaan ini sudah bernilai sekitar USD 14 miliar dan menjadi salah satu startup teknologi paling berharga di Eropa.

Sebagai informasi, langkah Ek menyuntikkan dana ke Helsing ini membuat Spotify diprotes dan ditinggalkan oleh banyak musisi. Ek dikabarkan menyuntikkan dana hampir USD 700 juta ke Helsing.

Salah satu terobosannya adalah platform kecerdasan buatan bernama Centaur. Pada Mei lalu, sistem ini mengambil alih kendali jet tempur Saab Gripen E dalam uji coba di atas Laut Baltik. Dalam simulasi, AI tersebut bisa mengambil hingga sepuluh keputusan per detik, menghemat bahan bakar, dan mengalahkan pilot manusia dalam duel udara digital. Dalam satu latihan, AI mampu menjatuhkan dua jet yang diterbangkan pilot hanya dalam hitungan menit.

Helsing juga mulai merambah perangkat keras setelah mengakuisisi produsen pesawat Grob. Mereka sedang menyiapkan jet tempur tanpa awak bernama CA-1 Europa dengan panjang 11 meter, serta drone serang dan kapal selam mini. Jet AI tersebut ditargetkan siap operasi dalam empat tahun.

Fenomena ini tidak berdiri sendiri. Perang di Ukraina mempercepat eksperimen alutsista berbasis AI dan drone murah. Sekitar 80 persen target di medan perang dihancurkan oleh drone, dan banyak di antaranya dibuat dari bahan sederhana seperti kayu lapis dan busa namun mampu membawa muatan mematikan.

Sejumlah startup lain di Amerika dan Eropa juga bergerak cepat membuat kapal tak berawak, interceptor drone, dan rudal pintar dengan siklus pengembangan singkat. Mereka menyasar celah lambannya sistem pengadaan tradisional yang bisa makan waktu bertahun-tahun.

Namun, masuk ke pasar pertahanan tetap tidak mudah. Para pelaku industri mengakui bahwa menjual ke pemerintah membutuhkan proses kompleks dan waktu panjang. Meski begitu, arah perkembangan teknologi militer kini jelas: alutsista masa depan tidak hanya soal mesin dan amunisi, tapi algoritma dan kecepatan inovasi.




(asj/fay)
Berita Terkait