Mahasiswa MIT Drop Out Karena Takut AI Musnahkan Manusia
Hide Ads

Mahasiswa MIT Drop Out Karena Takut AI Musnahkan Manusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 18 Agu 2025 08:45 WIB
Digital transformation technology strategy, IoT, internet of things. Businessman using smart phone with AI and Digital Icons design.
Mahasiswa MIT Drop Out Karena Takut AI Musnahkan Manusia. Foto: Getty Images/Busakorn Pongparnit
Jakarta -

Di saat banyak mahasiswa drop out untuk gabung dengan startup AI, seorang mantan mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengatakan ia memutuskan untuk berhenti kuliah justru karena takut akan perkembangan kecerdasan umum buatan (AGI), atau AI super.

Mahasiswa bernama Alice Blair itu khawatir AGI akan memusnahkan umat manusia sepenuhnya. "Saya khawatir saya mungkin tak akan lulus karena AGI (memusnahkan)," ujar Alice Blair, yang mendaftar di universitas tersebut tahun 2023, dikutip detikINET dari Forbes.

"Saya pikir dalam sebagian besar skenario, karena cara kita berupaya mencapai AGI, kita akan mengalami kepunahan manusia," lanjutnya. Blair sekarang bekerja sebagai penulis teknis di lembaga nirlaba Center for AI Safety dan tak berencana kembali ke MIT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nikola Jurkovic, alumni Harvard yang pernah bertugas di klub keamanan AI di sekolahnya, juga menilai AI adalah ancaman, terutama dalam bidang pekerjaan.

ADVERTISEMENT

"Jika karier Anda akan diotomatisasi akhir dekade ini, maka tiap tahun yang dihabiskan di perguruan tinggi akan mengurangi satu tahun dari karier singkat Anda. Saya pribadi berpikir AGI mungkin masih empat tahun lagi dan otomatisasi penuh ekonomi mungkin lima atau enam tahun lagi," cetusnya.

Membangun AGI, sistem yang menyamai atau melampaui kecerdasan manusia, merupakan bagian penting dari tujuan akhir industri AI. CEO OpenAI Sam Altman menyebut peluncuran model AI GPT-5 baru-baru ini sebagai batu loncatan besar menuju AGI.

Namun ada pakar skeptis bahwa kita hampir mencapai model AI yang begitu canggih. Bahkan ada tanda-tanda bahwa peningkatan teknologi AI sedang menemui jalan buntu. "Sangat kecil kemungkinan AGI akan hadir dalam lima tahun ke depan," ujar Gary Marcus, seorang peneliti AI dan kritikus industri.

"Itu hanya sensasi pemasaran untuk berpura-pura sebaliknya ketika begitu banyak masalah inti seperti halusinasi dan kesalahan penalaran masih belum terpecahkan," cetusnya.

Dan meski ada kerusakan nyata yang dapat disebabkan oleh AI, kepunahan total agak mengada-ada. Industri AI mungkin ingin orang mempercayai ramalan kiamat AI. Altman dan CEO teknologi lainnya sendiri yang mengemukakan risiko ini, mungkin demi menciptakan kesan bahwa teknologinya jauh lebih mumpuni dari sebenarnya.

Hal itu juga dinilai memungkinkan perusahaan-perusahaan ini untuk mengendalikan narasi seputar bagaimana teknologi tersebut seharusnya diregulasi.




(fyk/fyk)
Berita Terkait