Sekalipun YouTube sudah punya banyak kerja sama dengan pembuat film Hollywood untuk menyediakan film secara resmi, ternyata masih ada ribuan film bajakan yang bebas berkeliaran di platform tersebut.
Menurut penelitian baru dari Adalytics, masih banyak film bajakan yang tersimpan di YouTube sekalipun mereka sudah melakukan berbagai cara untuk memerangi pembajakan tersebut, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (14/7/2025).
Studi yang dilakukan Adalytics ini sebenarnya bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas iklan, termasuk di YouTube. Namun dalam penelitian tersebut mereka malah menemukan ribuan video bajakan di platform milik Google itu.
Pendiri Adalytics Kryzsztof Franaszek menyebut mereka menemukan lebih dari 9000 pelanggaran hak cipta di YouTube. Pelanggaran itu tersebar dari mulai film bajakan berdurasi penuh, bahkan film yang masih diputar di bioskop, film eksklusif Netflix, sampai serial televisi yang populer.
Bahkan video-video bajakan itu sudah meraup lebih dari 250 juta view. Kebanyakan film tersebut diunggah antara Juli 2024 hingga Mei 2025 dan diproduksi oleh studio film besar. Termasuk di antaranya adalah Lilo & Stitch, yang baru dirilis pada 23 Mei 2025 lalu.
Sampai penelitian itu dipublikasikan, film itu sudah ditonton lebih dari 200 ribu kali di YouTube, dan berpotensi merugikan Disney jutaan dollar.
YouTube saat ini memerangi pelanggaran hak cipta menggunakan sistem Content ID, yaitu sistem sidik jari digital buatan Google yang didesain untuk mendeteksi dan menandai video bajakan. Namun Franaszek menyebut sistem ini tidak bisa berfungsi dengan baik.
Juru bicara YouTube Jack Malon menepis tudingan tersebut, menurutnya Content ID sudah mendeteksi lebih dari 2,2 miliar video yang berpotensi melanggar hak cipta selama tahun 2024.
Saat sistem Content ID ini mendeteksi ada video yang dianggap bajakan, pemilik hak ciptanya yang asli akan diberi tahu dan diberi pilihan untuk menghapus video atau memonetisasi video tersebut. Maksudnya adalah video itu tetap boleh beredar namun pemasukan dari iklannya akan diberikan ke pemilik hak cipta yang resmi.
Menurut Malon, 90% video yang melanggar hak cipta ini tetap dibiarkan beredar, dan hanya 10% yang dihapus dari peredaran. Malon juga menuding riset yang dilakukan Adalytics adalah taktik marketing untuk menarik klien baru dengan data yang tidak benar.
Simak Video "Video: Rencana Google Luncurkan YouTube Premium versi Low Budget"
(asj/rns)