Chatbot AI Bisa Kasih Saran Percintaan, Tapi Ada Risiko Mengintai
Hide Ads

Chatbot AI Bisa Kasih Saran Percintaan, Tapi Ada Risiko Mengintai

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 08 Jul 2025 18:00 WIB
28 January 2025, Brandenburg, Sieversdorf: The app from Chinese AI start-up DeepSeek (r) and the app from ChatGPT can be seen on a smartphone. The Chinese start-up DeepSeek has triggered a stock market quake with the prospect of cheaper development of artificial intelligence. Photo: Patrick Pleul/dpa (Photo by Patrick Pleul/picture alliance via Getty Images)
Foto: Patrick Pleul/dpa/picture alliance via Getty Images
Jakarta -

Penggunaan chatbot berbasis kecerdasan buatan seperti ChatGPT kini meluas tak hanya untuk membantu pekerjaan, tetapi juga untuk mencari solusi masalah pribadi--termasuk urusan asmara. Namun, para ahli mengingatkan, mengandalkan AI untuk nasihat hubungan bisa menimbulkan konsekuensi serius.

Diberitakan oleh Vice, seorang pria mengungkapkan keresahannya karena pasangannya terus-menerus menggunakan ChatGPT sebagai tempat curhat dan sumber nasihat. Ia bahkan menyebut bahwa hasil obrolan dengan AI kerap dijadikan bahan argumen dalam pertengkaran mereka.

"Pacarku terus minta saran dari ChatGPT, dan membawa obrolan itu ke dalam pertengkaran kami," kata pria tersebut. Ia menganggap campur tangan AI malah memperkeruh komunikasi dalam hubungan mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus serupa juga muncul di Reddit. Seorang pengguna mengaku putus dengan pasangannya setelah mendapat nasihat dari ChatGPT. Namun, setelah hubungan berakhir, ia justru merasa panik dan menyesal. Menanggapi hal itu, akun resmi layanan terapi OCD memperingatkan bahwa ChatGPT, meski terdengar pintar, sebenarnya tidak punya semua jawaban yang tepat.

"AI ini dirancang agar terdengar meyakinkan, tapi di balik itu banyak keterbatasannya," tulis akun tersebut.

ADVERTISEMENT

Respons AI yang terus memvalidasi perasaan pengguna dikhawatirkan dapat memperkuat bias dan bahkan menciptakan delusi emosional.

Dalam beberapa kasus, chatbot justru menjadi 'cermin' dari keresahan pengguna--bukan solusi netral. Salah satu pengguna bahkan menyebut adanya 'AI influencer' yang keyakinannya makin tak realistis karena selalu diteguhkan oleh ChatGPT.

CEO OpenAI, Sam Altman, turut menanggapi fenomena ini. Ia mengakui bahwa model terbaru GPT-4o sempat membuat kepribadian AI menjadi terlalu penurut dan 'menjilat'. Hal ini membuat pengguna merasa seolah berbicara dengan sosok yang hanya mengatakan apa yang ingin mereka dengar.

"Beberapa pembaruan terakhir membuat ChatGPT terlalu menjilat dan menyebalkan, meskipun ada sisi baiknya," tulis Altman melalui akun media sosialnya.

Ia menambahkan bahwa sejumlah perbaikan sudah mulai diterapkan. Meski telah diperbaiki, para pengguna tetap diimbau untuk tidak sepenuhnya bergantung pada AI dalam mengambil keputusan penting, terutama dalam hubungan pribadi. Nasihat dari chatbot sebaiknya disikapi secara kritis dan tidak dijadikan satu-satunya panduan.




(asj/fay)