Microsoft Pecat 2 Karyawan yang Protes Israel di Acara Ultah ke-50
Hide Ads

Microsoft Pecat 2 Karyawan yang Protes Israel di Acara Ultah ke-50

Virgina Maulita Putri - detikInet
Selasa, 08 Apr 2025 22:35 WIB
NEW YORK, NY - MAY 2: The Microsoft logo is illuminated on a wall during a Microsoft launch event to introduce the new Microsoft Surface laptop and Windows 10 S operating system, May 2, 2017 in New York City. The Windows 10 S operating system is geared toward the education market and is Microsofts answer to Googles Chrome OS. (Photo by Drew Angerer/Getty Images)
Foto: Drew Angerer/Getty Images
Jakarta -

Microsoft dilaporkan telah memecat dua karyawan yang memprotes keterlibatan perusahaan dengan militer Israel. Keduanya melakukan protes secara terpisah di acara ulang tahun Microsoft ke-50 pekan lalu.

Salah satu karyawan yang dipecat adalah software engineer Ibtihal Aboussad. Ia menyebut CEO Microsoft AI Mustafa Suleyman yang sedang berpidato sebagai pencari untung dari perang dan menuntut Microsoft agar berhenti menggunakan AI untuk genosida.

Karyawan lainnya yang memprotes adalah Vaniya Agrawal. Ia menyela panel diskusi yang diikuti CEO Microsoft Satya Nadella, mantan CEO Steve Ballmer, dan pendiri Microsoft Bill Gates.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aboussad dipecat oleh Microsoft Kanada, sedangkan Agrawal diberhentikan tidak lama setelah mengajukan pemberitahuan untuk mengundurkan diri sebelum protes pada Jumat kemarin.

"Hari ini, Anda menyela pidato CEO Microsoft AI Mustafa Suleyman dalam acara ulang tahun ke-50 perusahaan di Redmond, Seattle, dengan berteriak dan menuding CEO di hadapan ribuan peserta , dan melontarkan tuduhan yang tidak beralasan dan sangat tidak pantas terhadap CEO, perusahaan, dan Microsoft secara umum," tulis email yang dikirim ke Aboussad, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (8/4/2025).

ADVERTISEMENT

"Perusahaan menyimpulkan bahwa tindakan Anda yang tidak pantas dirancang untuk mendapatkan perhatian dan menyebabkan gangguan maksimal di acara yang sangat dinanti ini. Juga mengkhawatirkan bahwa Anda belum meminta maaf kepada perusahaan, dan Anda tidak menunjukkan penyesalan atas dampak yang telah dan akan ditimbulkan oleh tindakan Anda," sambungnya.

Tidak lama setelah melakukan aksinya, Aboussad dan Agrawal mengirimkan email terpisah kepada ribuan karyawan dan eksekutif Microsoft, yang menuntut raksasa teknologi itu untuk memutus kontraknya dengan pemerintah Israel.

Email tersebut berisi link petisi dari 'No Azure for Apartheid', kelompok karyawan Microsoft yang sebelumnya pernah melakukan unjuk rasa untuk memprotes kontrak Microsoft dengan militer Israel.




(vmp/fay)
Berita Terkait