Pembocor Borok ChatGPT Mendadak Meninggal, Picu Teori Konspirasi

Tim - detikInet
Minggu, 15 Des 2024 09:40 WIB
Pembocor Borok ChatGPT Mendadak Meninggal, Picu Teori Konspirasi. Foto: BBC
Jakarta -

Seorang mantan peneliti OpenAI berusia 26 tahun, Suchir Balaji, ternyata ditemukan tewas di apartemennya di San Francisco beberapa minggu lalu. Kematiannya pun memicu teori konspirasi liar di media sosial.

Balaji adalah whistleblower, orang yang membocorkan atau memberi laporan atau kesaksian mengenai dugaan tindak pidana. Ia meninggalkan OpenAI awal tahun ini dan menyuarakan kekhawatiran secara terbuka perusahaan tersebut diduga melanggar undang-undang hak cipta AS saat mengembangkan chatbot ChatGPT yang populer.

"Cara kematian telah dipastikan sebagai bunuh diri," kata David Serrano Sewell, direktur San Francisco's Office of the Chief Medical Examiner, kepada CNBC yang dikutip detikINET. Ia mengatakan keluarga terdekat Balaji telah diberitahu.

Kepolisian San Francisco mengungkap bahwa pada sore hari tanggal 26 November, petugas dipanggil ke sebuah apartemen di Jalan Buchanan untuk melakukan 'pemeriksaan kesehatan'. Mereka menemukan seorang pria dewasa sudah meninggal, dan tak menemukan bukti tindak pidana dalam penyelidikan awal mereka.

Berita kematian Balaji pertama kali dilaporkan oleh San Jose Mercury News. Seorang anggota keluarga yang dihubungi oleh surat kabar tersebut meminta privasi.

Pada bulan Oktober, New York Times menerbitkan laporan tentang kekhawatiran Balaji. "Jika Anda percaya apa yang saya percaya, Anda harus meninggalkan perusahaan ini," kata Balaji ke surat kabar tersebut.

Ia dilaporkan yakin ChatGPT dan chatbot lain akan menghancurkan kelangsungan komersial orang-orang dan organisasi yang menciptakan data dan konten digital. Itu karena data mereka sekarang banyak digunakan untuk melatih sistem AI.

Seorang juru bicara OpenAI mengonfirmasi kematian Balaji. "Kami sangat terpukul mendengar berita yang sangat menyedihkan ini hari ini dan hati kami tertuju kepada orang-orang terkasih Suchir selama masa sulit ini," kata juru bicara itu.

Kematian Balaji dalam usia masih muda memicu teori konspirasi meski tak bisa dibuktikan kebenarannya. "Kematian whistleblower yang tragis dan dapat diprediksi. Whistleblower OpenAl Suchir Balaji ditemukan tewas di apartemennya di San Francisco. Mohon luangkan waktu sejenak mengakui keberanian yang diperlukan untuk mengungkap borok perusahaan bernilai miliaran dolar," sebut sebuah akun.

"Kisah Suchir Balaji memiliki satu arti: siapa pun yang menginginkan AI memberi manfaat bagi manusia akan dibunuh. Orang yang tamak takkan membiarkan AI jadi sumber terbuka. AI akan dikendalikan beberapa elit dan hanya akan menguntungkan mereka, bukan seluruh manusia," sebut yang lain.

OpenAI sendiri saat ini terlibat sengketa hukum dengan sejumlah penerbit, penulis, dan seniman atas dugaan penggunaan materi berhak cipta untuk data pelatihan AI. Sebuah gugatan hukum yang diajukan oleh media berupaya meminta pertanggungjawaban OpenAI dan pendukung utamanya Microsoft atas kerugian miliaran dolar.

"Kami sebenarnya tidak perlu melatih AI dengan data mereka. Saya pikir ini adalah sesuatu yang tidak dipahami orang. Sumber pelatihan tertentu, tidak banyak membantu kami," kata CEO OpenAI Sam Altman.



Simak Video "Video: Penggunaan ChatGPT Melesat, OpenAI Sentuh Pendapatan Rp 162,7 T"

(fyk/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork