Pro Kontra Rencana Indonesia Gabung BRICS Saling Bersahutan di Medsos

Adi Fida Rahman - detikInet
Sabtu, 26 Okt 2024 07:15 WIB
Pro Kontra Rencana Indonesia Gabung BRICS Saling Bersahutan di Medsos Foto: DW (News)
Jakarta -

Rencana Indonesia untuk bergabung dengan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) telah memicu perdebatan sengit di kalangan warganet. Berbagai pandangan, baik yang mendukung maupun menolak, saling bersahutan di media sosial, menciptakan diskursus publik yang menarik untuk disimak.

Pro

Mereka yang mendukung berpendapat bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS sebagai sebuah langkah strategis. Mereka menilai BRICS menawarkan sejumlah keuntungan, salah satunya meningkatkan daya tawar Indonesia di kancah internasional.

Selain itu, BRICS merupakan kekuatan ekonomi yang semakin berpengaruh. Dengan bergabung, Indonesia bisa melakukan diversifikasi ekonomi dan perluasan pasar.

"Bergabung dengan BRICS bukan berarti Indonesia memilih kubu, tapi memperkuat posisi sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang, dengan komitmen memajukan ketahanan pangan, energi, dan kemiskinan di Global South." kata @LembagaKERIS.

"Setuju Indonesia BRICS, agar jejaring kemitraan kerjasama dengan negara atau organisasi lainnya untuk memperkuat fondasi ekonomi Indonesia sendiri," ujar @insanisyah1.

"Bergabung dengan BRICS bukan berarti meninggalkan prinsip nonblok. Indonesia tetap bisa kok menjalankan kebijakan "bebas-aktif" dengan peluang akses lebih luas pada ekonomi dan teknologi, tanpa harus condong ke satu blok tertentu," tulis @IwaanAkhmad.

"Pertanyaan yang sangat menarik! Bergabungnya Indonesia dengan BRICS bisa menjadi langkah strategis yang memberikan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi di panggung internasional, terutama di antara negara-negara berkembang. Namun, kita juga harus kritis terhadap tantangan yang mungkin dihadapi, seperti menjaga kedaulatan kebijakan ekonomi dan memastikan keseimbangan antara kepentingan domestik dan aliansi global. Semoga langkah ini dipikirkan dengan matang, demi kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan ekonomi nasional. 💡🇮🇩," papar @masbadar.

Kontra

Di sisi lain, terdapat pula kelompok yang menyuarakan keprihatinan dan penolakan terhadap rencana ini. Beberapa argumen yang mereka kemukakan antara lain BRICS didominasi oleh China dan Rusia. Kekhawatiran muncul bahwa Indonesia akan terjebak dalam pengaruh kedua negara tersebut, yang dapat mengancam independensi dan kepentingan nasional Indonesia.

Potensi konflik kepentingan dengan negara-negara Barat. Bergabung dengan BRICS dikhawatirkan akan merusak hubungan baik Indonesia dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.

"Masuk BRICS Indo bakalan dibuat ketergantungan sama Cina. Kelihatan untung padahal diikat pakai rantai. Kalau ekonomi sudah dipegang, gampang di setir politiknya juga. Tuh liat Euro, siapa yang paling kuat ekonominya bakalan kendalikan kebijakan politiknya," kata @StevenRianto.

"BRICS pada akhirnya bersifat politis. Saya pikir ada lebih banyak manfaat dalam mempertahankan prinsip non alignment terutama krn politik internasional lagi panas. lebih baik bikin strategi gmn caranya memaksimalkan keuntungan kita melalui bersikap netral," kata @_lonewolfffs.

"Saya termasuk orang tidak setuju jika Indonesia harus bergabung dengan BRICS. Ini justru membahayakan hubungan kita dengan pihak Barat (utamanya USA,EU,Australia,UK,Canada) dan Jepang serta Korea Selatan. Bisa dikesankan kita condong ke mereka (BRICS)," ujar @initialb0007.

"indo udh bener non-block, kalo join BRICS namanya ngadi-ngadi," kata @lnb_yvv.



Simak Video "Video Putin Sambut Prabowo: Saya Yakin RI Beri Kontribusi Nyata di BRICS"

(afr/afr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork