Sejak Pavel Durov, pria kelahiran Rusia dan pendiri Telegram, ditangkap saat mendarat di Paris, kehebohan melanda Rusia. "Penangkapan (atau penahanan) 'Zuckerberg Rusia', Pavel Durov, adalah salah satu berita global paling penting, tapi misterius," tulis media Nezavisimaya Gazeta.
Jaksa Paris mengatakan Durov ditahan sebagai bagian dari penyelidikan kejahatan dunia maya. Ada 12 pelanggaran berbeda sedang diselidiki termasuk transaksi ilegal, pornografi anak, penipuan, dan penolakan mengungkap informasi kepada pihak berwenang.
Di Moskow, terjadi kegegeran. "Kami masih belum tahu apa sebenarnya yang dituduhkan kepada Durov," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami belum mendengar pernyataan resmi apa pun. Sebelum saya dapat mengatakan apa pun tentang ini, kami perlu kejelasan," imbuhnya, dikutip detikINET dari BBC.
Acara bincang-bincang politik di TV pemerintah menyampaikan banyak hal tentang masalah ini. "Semua tuduhan terhadap Durov terdengar tak masuk akal. Menuduhnya atas semua kejahatan yang dilakukan di platformnya sama dengan menuduh Presiden Macron atas semua kejahatan yang terjadi di Prancis. Logikanya sama," kata analis.
Surat kabar Rusia juga memberitakannya besar-besaran. Beberapa harian menyatakan cemas penangkapan Durov berdampak serius bagi Rusia. "Pukulan bagi Telegram berisiko menjadi pukulan bagi Rusia. Dengan penangkapan Pavel Durov, badan intelijen Barat dapat memperoleh kunci enkripsi pengirim pesan tersebut," tulis Nezavisimaya Gazeta.
"Telegram dapat menjadi alat NATO, jika Pavel Durov dipaksa untuk mematuhi badan intelijen Prancis. Obrolan Telegram berisi sejumlah besar informasi strategis yang sangat penting," tulis Moskovsky Komsomolets.
April 2018, otoritas Rusia memblokir akses ke Telegram, dan mencabut larangan tersebut pada tahun 2020. Kini, tidak hanya pejabat Rusia yang menggunakannya, tapi juga militer Rusia, termasuk tentara yang bertempur di Ukraina.
Adapun di Barat, penahanan Pavel Durov juga memicu perdebatan tentang kebebasan berbicara. "Prancis baru saja menangkap Pavel Durov, pendiri & CEO platform Telegram yang dienkripsi dan tanpa sensor. Kebutuhan untuk melindungi kebebasan berbicara tidak pernah lebih mendesak," tulis politisi Amerika Serikat, Robert Kennedy Jr. di X.
(fyk/fyk)