Dilema Elon Musk Usai Trump Ancam Cabut Mandat Mobil Listrik

Anggoro Suryo - detikInet
Senin, 22 Jul 2024 12:47 WIB
Foto: Elon Musk saat pidato dalam pembukaan WWF ke-10 di ITDC The Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (20/5/2024). (Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)
Jakarta -

CEO Tesla Elon Musk terang-terangan mendukung mantan presiden sekaligus calon presiden AS Donald Trump. Belakangan Trump malah berkoar akan mencabut mandat untuk mobil listrik jika ia terpilih kembali menjadi Presiden AS.

Trump juga menyebut akan mencabut aturan emisi ketat untuk menyelamatkan industri otomotif AS dari kehancuran. Hal itu dia sampaikan dalam pidato kampanyenya.

Padahal Elon Musk sebagai pendukung Trump, punya bisnis mobil listrik Tesla. Dukungan Musk untuk Trump ini mulai terlihat tak lama setelah Trump ditembak saat kampanye.

"Saya mendukung penuh Presiden Trump dan berharap ia bisa cepat sembuh," tulis Musk dalam postingannya di X/Twitter.

Lalu beberapa hari setelahnya, Musk disebut berencana menyumbangkan uang untuk super political action committee (PAC) yang mendukung Trump, dengan nilai yang awalnya disebut mencapai USD 45 juta tiap bulannya. Namun kemudian Musk menepis rumor tersebut.

Dukungan Musk terhadap Trump ini sebenarnya agak aneh, karena ia dikenal sebagai sosok yang mendukung penggunaan energi terbarukan. Sementara di sisi lain, Trump terlihat tak peduli terhadap perubahan iklim akibat penggunaan energi fosil.

Ditambah lagi Trump pun menjadi ancaman tersendiri terhadap Tesla -- sumber kekayaan utama Musk. Trump sudah menyatakan akan menghapus berbagai aturan yang dibuat di pemerintahan Joe Biden terkait investasi AS di infrastruktur pengisian daya mobil listrik dan juga pemberian insentif.

Bahkan Trump juga sudah menjadikan isu mobil listrik ini sebagai salah satu amunisinya dalam berkampanye melawan Kamala Harris, Wakil Presiden AS yang bakal menggantikan Presiden Biden dalam Pilpres AS setelah Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari Pilpres AS. Menurut Trump, mobil listrik itu mahal, sangat berat, dan tidak praktis.

"Saya tak punya masalah dengan mobil listrik. Saya pikir ini hebat. Elon itu fantastis. Saya sering mengendarai (mobil listrik) dan itu keren. Namun kamu tak bisa membuat semua mobil menjadi listrik. Kita tidak bisa mengelektrifikasi kota," kata Trump dalam wawancara terbaru dengan Bloomberg.

Jika Trump menang Pilpres AS, ia akan menghapus Inflation Reduction Act, yang akan berdampak pada penjualan Tesla karena akan menghilangkan insentif. Misalnya, di AS saat ini Tesla Model 3 atau Model Y mendapat insentif sebesar USD 7.500.

Sementara Tesla bekas bisa mendapat insentif sebesar USD 4.000. Insentif seperti ini bisa mendorong penjualan Tesla karena harganya bisa semakin miring, misalnya Model 3 harganya bisa di bawah USD 30 ribu.

Sebelum aturan insentif itu dihapus, pun, penjualan mobil Tesla sebenarnya sudah mulai goyah. Penjualannya turun 6,3% pada Q2 2024, padahal penjualan mobil listrik secara total meningkat 7,3%, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Senin (22/7/2024).

Namun memang, jika insentif untuk Tesla dicabut, begitu juga dengan nasib insentif untuk pabrikan mobil listrik lain, terutama pabrikan dari China yang baru mulai menggarap pasar AS. Sementara Tesla sudah punya infrastruktur yang besar di AS, termasuk infastruktur jaringan pengisian baterai yang sudah tersebar.

Bahkan, Tesla Model 3 pun mungkin akan tetap menjadi opsi mobil listrik paling terjangkau di AS, sementara mobil listrik dari pabrikan lain harganya akan melonjak drastis. Karena itulah Musk juga tampaknya tak masalah dengan niat Trump untuk mencabut insentif tersebut.

"Hapus saja subsidinya. Itu hanya akan membantu Tesla. Namun, hapus juga subsidi dari semua industri," kicaunya beberapa hari lalu di X/Twitter.

Musk bisa sesumbar seperti itu karena Tesla sudah menikmati pinjaman sebesar USD 475 juta dari Kementerian Energi AS saat kondisi perusahaannya sedang kritis. Bahkan, sejumlah ahli menyebut Tesla tak akan selamat jika tak mendapat pinjaman tersebut, atau malah tak bisa menjadi raksasa seperti sekarang.

Hubungan Musk dengan pemerintahan Biden pun tak bisa dibilang akur selama ini, sekalipun Musk sangat bergantung pada kontrak dengan pemerintahan untuk perusahaannya yang lain, yaitu SpaceX.

Sejauh ini pemerintahan Biden tampak menjaga jarak dengan Musk, tak pernah diundang ke acara pemerintahan, juga namanya tak pernah disebut dalam pernyataan resmi. Musk juga pernah menyebut pemerintahan Biden sebagai pemerintahan yang tak terlalu bersahabat.



Simak Video "Video: Donald Trump Putuskan Hapus Program Kerja Inisiatif Elon Musk"

(asj/fay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork