Hanya 28% Orang Amerika yang Dukung TikTok Diblokir
Hide Ads

Hanya 28% Orang Amerika yang Dukung TikTok Diblokir

Virgina Maulita Putri - detikInet
Senin, 01 Apr 2024 10:45 WIB
13 November 2019, Berlin: ILLUSTRATION - A girl is holding her smartphone with the logo of the short video app TikTok in her hands. With TikTok, users can create short mobile phone videos to music clips or other videos. Other users can comment on it, distribute hearts or react in any other way. Private messages are also possible. The app is particularly popular with young people. Photo: Jens Kalaene/dpa-Zentralbild/dpa (Photo by Jens Kalaene/picture alliance via Getty Images)
Hanya 28% Warga Amerika yang Dukung TikTok Diblokir Foto: ens Kalaene/dpa/picture alliance via Getty Images
Jakarta -

Pemerintah Amerika Serikat sedang dalam proses meloloskan rancangan undang-undang yang berpotensi memblokir TikTok. Namun hanya sedikit warga Amerika yang mendukung kebijakan ini.

Menurut hasil survei yang dilakukan firma riset pasar Savanta, hanya sekitar 28% warga AS yang mendukung pemblokiran TikTok. Survei ini melibatkan 2.000 orang AS berusia 18 tahun ke atas dan dilakukan pada 19-25 Maret 2024, tidak lama setelah Kongres AS meloloskan RUU tersebut.

Setelah lolos di Kongres, RUU tersebut akan dibawa ke Senat AS. Jika lolos, pemerintah AS akan memaksa ByteDance untuk menjual bisnis TikTok di AS ke perusahaan AS. Jika ByteDance enggan atau tidak bisa menjual TikTok dalam enam bulan, aplikasi itu akan diblokir di AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survei yang dilakukan Savanta menunjukkan sekitar 60% responden mengatakan 'teman mereka' akan tetap menggunakan TikTok walaupun diblokir, yang mengindikasikan mereka punya cara untuk menghindari pemblokiran.

Jika TikTok diblokir, warga AS yang disurvei mengatakan mereka kemungkinan akan lebih banyak menghabiskan waktu di aplikasi media sosial pesaing seperti YouTube (34%) dan Instagram (30%).

ADVERTISEMENT

Sekitar 69% warga AS mengatakan TikTok dan platform media sosial lainnya harus berusaha lebih keras untuk melindungi data pribadi mereka, termasuk dari pemerintah asing,

59% responden mengatakan platform media sosial harus lebih keras dalam mengatasi ujaran dan gambar yang berpotensi mencelakai pengguna di platform-nya. Tidak hanya itu, 46% responden mengatakan mereka khawatir media sosial bisa mengubah hasil pemilu.

"Kaum muda -- yang dipandang sebagai kunci hasil pemilihan presiden -- sangat menentang (pemblokiran TikTok)," kata Ethan Granholm, analis riset di Savanta, seperti dikutip dari Gizmodo,.

"Meskipun TikTok mendapat dukungan publik saat ini, mereka harus menyadari bahwa ada kekhawatiran nyata mengenai cara mereka menggunakan data pribadi, dan beberapa pengguna mengatakan mereka sudah mengurangi penggunaan aplikasi tersebut sebagai konsekuensinya," pungkasnya.




(vmp/afr)