Adaptasi Netflix dari novel fiksi ilmiah China yang sangat populer The Three Body Problem, telah jadi hits. Namun, serial itu rupanya juga menimbulkan pro kontra di China atas adegan yang menggambarkan periode penuh kekerasan dan gejolak dalam sejarah modern Negeri Tirai Bambu.
Reaksi beragam muncul di media sosial China sejak penayangan perdana serial delapan bagian Three Body Problem. Ceritanya mengenai ancaman alien, berbasis novel karya Liu Cixin, penulis fiksi ilmiah paling terkenal di sana.
Memang Netflix tak tersedia di China, namun orang tetap dapat nonton dengan VPN atau versi bajakan. Novel Liu sendiri adalah salah satu ekspor budaya China tersukses dan punya banyak sekali penggemar termasuk mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di internet, diskusi netizen mengenai adaptasi tersebut berubah menjadi politis. Sebagian menuduh produksi film Amerika yang beranggaran besar itu membuat China terlihat buruk.
Baca juga: Netflix Mau Naikin Harga Langgannya Lagi? |
Dikutip detikINET dari CNN, Senin (25/3/2024) serial dibuka dengan adegan mengerikan yang menggambarkan Revolusi Kebudayaan Mao Zedong. Masa itu penuh pertumpahan darah dan kekacauan selama satu dekade sejak tahun 1966.
Digambarkan dalam serial ini bahwa di Universitas Tsinghua yang bergengsi di Beijing, profesor fisika dipukuli sampai mati di atas panggung oleh mahasiswanya sendiri dan disaksikan istrinya. Sementara putrinya Ye Wenjie (diperankan Zine Tseng) menonton dengan ngeri.
Kengerian semacam itu sering terjadi selama periode pergolakan itu, di mana mereka yang dianggap musuh dipermalukan, dipukuli, dan disiksa di depan umum oleh Pengawal Merah Mao. Nah, beberapa komentator online menuduh serial tersebut melukiskan China dalam sudut pandang yang buruk.
"Netflix sama sekali tak mengerti 3 Body Problem," kecam seorang netizen. Yang lain membela, menyebut adegannya sesuai penggambaran dalam buku dan merupakan sejarah sebenarnya. "Sejarah jauh lebih absurd daripada serial TV, tapi kalian pura-pura tidak melihatnya," sebut salah satu komentar di Douban, situs populer untuk mengulas film, buku, dan musik.
Liu mengatakan dalam wawancara New York Times tahun 2019 bahwa ia awalnya ingin membuka novel dengan adegan dari Revolusi Kebudayaan Mao, namun penerbitnya di China khawatir gagal melewati sensor pemerintah sehingga menguburnya di tengah cerita. Adapun versi bahasa Inggris menempatkan adegan-adegan itu di awal novel, dengan restu penulisnya.
Berbagai aspek lain dari serial, mulai casting dan efek visual hingga perubahan radikal latar dan karakter asli cerita, juga memicu kemarahan pengguna medsos China. Banyak yang membandingkannya dengan adaptasi di China yang rilis tahun lalu yang jauh lebih panjang, mencapai 30 episode, dan mendapat review tinggi.
Adaptasi Netflix menampilkan pemeran internasional dan menempatkan sebagian besar aksi di London sehingga membuat ceritanya tak 'terlalu China'. Beberapa pemirsa Chona mengkritik perubahan tersebut, menilainya terlalu mengagungkan Barat.
Ada juga yang heran dengan polemik ini. "Versi kami bisa bagus, versi mereka juga bisa bagus. Mengapa kita selalu harus bertengkar mengenai hal itu?" tulis seorang netizen.
(fyk/fay)