Ilmuwan Cemas Nasib Pasien Elon Musk yang Otaknya Ditanam Chip
Hide Ads

Ilmuwan Cemas Nasib Pasien Elon Musk yang Otaknya Ditanam Chip

Mohammad Frizki Pratama - detikInet
Sabtu, 02 Mar 2024 15:15 WIB
Neuralink
Ilmuwan Cemas Nasib Pasien Elon Musk yang Otaknya Ditanam Chip. Foto: Neuralink
Jakarta -

Pendiri perusahaan Neuralink, Elon Musk, minggu ini mengklaim bahwa manusia pertama yang menerima implan pada otaknya yang diawasi secara ketat, sudah dapat mengontrol kursor mouse menggunakan pikiran mereka.

Akan tetapi masalah yang muncul adalah, Neuralink sampai saat ini belum membagikan bukti yang dapat mendukung klaim tersebut sehingga para peneliti medis pun juga mulai meragukan kebenarannya.

Dikutip detikINET dari Futurism, Sabtu (2/3/2024) bukan hanya tentang inovasi yang baru, akan tetapi saat ini publik tidak mendapatkan informasi yang cukup dari Neuralink untuk memverifikasi klaim mereka, atau yang lebih mengkhawatirkan, untuk menilai keamanan praktik mereka.



"Neuralink saat ini hanya membagikan sedikit informasi yang ingin mereka ketahui kepada kita," ucap, Sameer Sheth, seorang ahli beda saraf spesialis dalam neuroteknologi implan di Baylor College of Medicine. "Banyak kekhawatiran yang ada di dalam komunitas tentang itu."

Elon mengklaim pada cuitannya di X pada bulan lalu bahwa pasien yang menerima implan otak tersebut sudah mulai membaik. Namun, seperti kata kebanyakan orang yang sudah mengawasi Neuralink, ada alasan yang bagus untuk khawatir tentang apa yang terjadi di balik layar.

Di balik prestasi perusahaan yang diklaim sebagai sebuah pencapaian, nyatanya terdapat pengungkapan tentang perlakuan terhadap monyet. Dalam suatu dokumen yang dibocorkan terdapat penjelasan detail tentang bagaimana implan tersebut menyebabkan berbagai cedera yang mengerikan, termasuk merusak otak monyet dan menyebabkan pembengkakan otak yang parah.

Dalam banyak kasus, monyet tersebut menghabiskan hari-hari terakhir hidup mereka dalam penderitaan yang tidak perlu dan para ahli mengatakan bahwa hal tersebut bisa dihindari.

Menyinggung kembali mengenai kekhwatiran akan keselamatan tersebut, Sheth mengatakan bahwa para ilmuwan masih belum mengetahui kemampuan dari robot bedah Neuralink. Sampai saat ini, kita hanya melihat rekaman pembedahan pada boneka, yang terjadi lebih dari setahun yang lalu. Bahkan, belum dikonfirmasi apakah robot tersebut digunakan pada pasien manusia.

Sebuah detail yang relevan dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pembedahaan yang dilakukan oleh Neuralink adalah laporan lain tentang monyet dengan implan otak yang gagal. Menurut otopsi yang telah dilakukan, monyet tersebut harus disuntik mati setelah perangkatnya menjadi begitu longgar sehingga sekrup yang mengikatnya di tengkorak dapat dengan mudah diangkat.

Untuk kepentingan pasien, Neuralink diharapkan menjadi tempat yang lebih aman dengan praktik-praktiknya sejak saat itu. Namun, berdasarkan detail-detail yang masih kurang sampai sekarang, masih tidak jelas apakah yang Neuralink telah melakukan hal yang revolusioner.

"Mengendalikan kursor dengan menggunakan pikiran manusia bukanlah hal baru," kata, Bolu Ajiboye, seorang peneliti antarmuka otak komputer di Case Western Reserve University. Dia mencatat bahwa manusia pertama yang mengendalikan kursor dengan implan otak adalah pada tahun 2004, dan pengujian telah menunjukkan hal ini pada monyet sejak lama.

Sementara itu, proyek implan otak lainnya telah memungkinkan pasien yang sepenuhnya lumpuh untuk berkomunikasi melalui avatar digital dengan menggunakan pikirian mereka atau untuk mengendalikan robot prostetik yang dapat mengubah hidup. Namun, Ajiboye belum mengesampingkan Neuralink.

"Semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam tampilan otak komputer (BCI) manusia, akan semakin baik untuk mendorong kemajuan di bidang ini," katanya.

*Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(fyk/afr)