Amir mengaku dapat dukungan dan bantuan yang belum pernah ia terima dari tokoh-tokoh senior di industri siber global, bahkan dari negara-negara yang melarang hubungan apa pun dengan Israel. Kolaborasi yang tidak terduga ini menunjukkan kepentingan bersama dalam memerangi terorisme siber.
Amir menegaskan, perlawanan terhadap Hamas atau ISIS tidak hanya terbatas pada warga Israel saja, namun meluas kepada siapapun yang berwawasan kemanusiaan.
Karena undang-undang Israel melarang perusahaan siber swasta untuk menyerang sistem siber internasional, Amir memanfaatkan peretas asing yang beroperasi dalam kerangka hukum. Kolaborasi ini memungkinkan tindakan yang ditargetkan terhadap penyerang dunia maya yang menyerang Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan mengidentifikasi dan menetralisir jaringan peretas, kerugian ekonomi akibat serangan dapat dikurangi," kata Amir.
Meskipun terdapat keraguan dari rekan-rekan industri, Amir menganjurkan peraturan operasi siber yang bersifat ofensif bagi perusahaan swasta dan individu. Dia membayangkan izin serupa dengan yang diperlukan untuk senjata atau pendirian perusahaan keamanan siber.
"Mengizinkan orang untuk terlibat dalam operasi siber yang ofensif, disertai pengawasan dan akuntabilitas yang tepat, akan menciptakan efek jera terhadap serangan siber," ujar Amir.
Kendati mengakui peraturan darurat dunia maya yang baru-baru ini disetujui oleh pemerintah sebagai langkah positif, Amir menegaskan perlunya kebebasan bertindak yang lebih besar untuk menyelidiki dan merespons secara ofensif.
Ia juga menyoroti tanggung jawab penyedia internet dan komunikasi untuk memastikan integritas dan perlindungan infrastruktur mereka guna mengurangi serangan siber.
Simak Video "Video: Momen Warga Palestina Serbu Bantuan di Tengah Deru Peluru"
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)