Kelewatan atau Bagus? Siswa China Pakai Headband AI Pengukur Konsentrasi

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 05 Des 2023 14:00 WIB
Murid di China memakai AI headband untuk mengukur tingkat konsentrasi di kelas. Ada yang mendukung penerapan teknologi ini, tapi ada juga yang kontra. Foto: Instagram/pubity
Jakarta -

Murid di China memakai headband AI untuk mengukur tingkat konsentrasi di kelas. Ada yang mendukung penerapan teknologi ini, tapi ada juga yang menganggap ini keterlaluan.

Headband yang digunakan memiliki lampu indikator yang menunjukkan level konsentrasi siswa. Jika lampu indikatornya adalah merah, itu artinya siswa sedang fokus. Jika warnanya berubah biru, itu berarti murid sedang teralihkan. Sementara itu, lampu putih berarti siswa sedang offline.

Data dari penggunaan headband itu kemudian dikirim ke guru dan para orangtua murid. Dengan begitu, orangtua bisa mengetahui tingkat keseriusan siswa dalam belajar, sebagaimana melansir The Wall Street Journal.

Opini publik pun terpecah soal penggunaan headband siswa di China yang bisa mengukur tingkat konsentrasi. Ada yang beranggapan ini adalah hal yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar, ada pula yang menyebutnya keterlaluan.

"Ini MENAKUTKANKU. Bayangkan TIDAK punya privasi dan selalu takut untuk kehilangan fokus karena semua orang akan mengetahuinya. Betapa melelahkannya itu," kata netter.

"Video ini membuatku menangis. Sebagai seorang guru, menurutku ini bukan cara yang efektif untuk membantu siswa berkonsentrasi. Mereka adalah pelajar, bukan penjahat," ujar netizen.

"Itu semua tergantung pada bagaimana kamu menggunakan teknologi, jika kamu mempromosikan kolaborasi daripada kompetisi, kamu membantu mereka mencapai tujuan bersama, meningkatkan keterampilan sosial dan kesejahteraan mereka," pendapat yang lain.

"Meskipun hal ini cukup membantu, guru ingin melihat area otak mana yang diaktifkan selama pelajaran terkait. Ini akan memberikan data yang bermakna untuk perencanaan pembelajaran serta bagaimana siswa belajar secara konseptual. Pertimbangkan untuk menyertakan ahli saraf dalam tim kolaboratif untuk memproses data," seru salah seorang warganet.

"Jika seorang siswa memiliki ketidakmampuan belajar dan kesulitan secara akademis, data tersebut akan memberikan kekhususan mengenai apa yang terjadi dengan perolehan keterampilan atau konsep tertentu. Hal ini juga bisa efektif dengan pembelajaran kooperatif. Aku yakin ini juga akan bermanfaat bagi orang tua," sambungnya.

Kalau menurutmu bagaimana, detikers? Apakah penerapan teknologi ini di sekolah adalah hal yang baik atau justru sudah kelewat batas?



Simak Video "Video: CEO OpenAI Sanjung DeepSeek"

(ask/ask)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork