AI Israel Tentukan Target Serangan di Gaza, Ini Cara Kerjanya
Hide Ads

AI Israel Tentukan Target Serangan di Gaza, Ini Cara Kerjanya

Tim - detikInet
Senin, 04 Des 2023 12:40 WIB
A man reacts as Palestinians search for casualties a day after Israeli strikes on houses in Jabalia refugee camp in the northern Gaza Strip, November 1, 2023. REUTERS/Mohammed Al-Masri
     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: REUTERS/STRINGER
Jakarta -

Serangan bom tiada henti Israel ke Gaza, ternyata dibantu oleh kecerdasan buatan atau AI dalam menentukan target. Seperti apa cara kerjanya?

Serangan Israel telah meimbulkan lebih dari 15 ribu korban jiwa di Gaza dan menimbulkan kecaman tiada henti. Tentara Israel atau Israel Defence Forces (IDF) mengakui memanfaatkan sistem AI buatannya yang dijuluki sebagai The Gospel.

Sistem itu secara dramatis meningkatkan jumlah target di Gaza yang diserang Israel. Divisi AI itu dinamakan Direktorat Penargetan. "Kami bekerja tanpa kompromi untuk menentukan musuh," sebut IDF yang dikutip detikINET dari Guardian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal November, IDF menyebut lebih dari 12.000 target di Gaza diidentifikasi divisi itu. Kegiatan divisi ini dirahasiakan, namun pernyataan singkat di situs IDF menyebut mereka memakai sistem berbasis AI bernama Habsora atau Gospel dalam bahasa Inggris, dalam perang melawan Hamas untuk menentukan target dengan cepat.

Berbagai sumber yang mengetahui proses penargetan IDF mengkonfirmasi sistem AI itu telah digunakan untuk menghasilkan rekomendasi otomatis untuk menyerang sasaran, seperti rumah pribadi individu yang dicurigai sebagai anggota Hamas.

ADVERTISEMENT

Dalam beberapa tahun terakhir, divisi itu membantu IDF membangun database yang menurut sumber berisi antara 30.000 hingga 40.000 tersangka militan. Sistem seperti Habsora, memainkan peran penting menyusun daftar individu yang diizinkan untuk diserang.

"Itu adalah mesin yang menghasilkan data dalam jumlah besar dengan lebih efektif daripada manusia mana pun, dan menerjemahkannya menjadi sasaran serangan," kata Aviv Kochavi, yang menjabat sebagai kepala IDF hingga Januari.

Bentuk data apa yang dimasukkan ke dalam sistem itu tak diketahui pasti. Namun para ahli mengatakan sistem pendukung keputusan berbasis AI untuk penargetan biasanya menganalisis sejumlah besar informasi dari berbagai sumber. Sebut saja rekaman drone, komunikasi yang disadap, data pengawasan, dan informasi dari pemantauan pergerakan dan pola perilaku individu dan kelompok besar.

Jadi cara kerjanya pada intinya, berdasarkan data-data itu, AI akan menentukan sasaran di Gaza untuk kemudian diserang pasukan Israel. Masalahnya, sistem ini disebut bekerja tanpa pandang bulu. Dengan AI, target serangan militer Israel melonjak lebih dari 70.000 persen sejak sistem ini pertama kali berfungsi.

Rumah anggota Hamas dan faksi bersenjata Palestina lain yang berpangkat lebih rendah sengaja dijadikan sasaran, tak peduli jika itu berarti membunuh semua orang di dalam suatu bangunan. Salah satu kasus menunjukkan intelijen tentara Israel menyetujui pembunuhan ratusan warga Palestina untuk membunuh satu anggota Hamas.

"Ini adalah pertama kalinya mereka berbicara tentang bagaimana warga sipil menjadi sasaran dalam skala besar hanya karena menyerang satu sasaran militer berdasarkan teknologi AI," kata Anwar Mhajne, profesor ilmu politik di Stonehill College,di Massachusetts.

[Gambas:Youtube]



(fyk/fyk)