Israel dilaporkan menggaet SpaceX untuk menghadirkan layanan internet Starlink saat invasi darat di Jalur Gaza. Upaya ini sebagai persiapan untuk meningkatkan komunikasi selama perang.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Kementerian Komunikasi Israel mengatakan langkah tersebut akan memastikan kota-kota di garis depan akan memiliki layanan internet yang berkelanjutan. Ini akan menjadi pertama kalinya Israel mengandalkan Starlink, yang akan berfungsi sebagai cadangan jika sistem lain terganggu, tambah juru bicara kementerian.
"Koordinasi antara Israel dan Starlink sedang berlangsung, memungkinkan pengoperasian terminal komunikasi oleh perusahaan Space-X, yang akan memungkinkan koneksi internet broadband yang luas di Israel," kata Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi di X.com. " Selain itu, di bawah bimbingan menteri, kementerian mempromosikan pembelian perangkat satelit ini untuk kepentingan dewan regional dan tokoh masyarakat di pemukiman zona konflik."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Israel turut mengungkap rencana untuk memutus layanan internet dan telepon yang disediakannya ke Gaza. Mereka juga menegaskan bahwa pihaknya berupaya menutup kantor jaringan berita milik negara Qatar, Al-Jazeera, di Israel, "yang digunakan untuk propaganda, hasutan, dan gangguan terhadap keamanan nasional Hamas selama masa perang."
Pihak SpaceX belum menanggapi kabar kerja sama dengan Israel ini. Namun bagi perusahaan milik Elon Musk itu menghadirkan layanan internet saat perang bukan kali pertama dilakukan.
Sebelumnya SpaceX mengirim ribuan unit Starlink ke Ukraina setelah invasi Rusia. Layanan tersebut menjadi sangat diperlukan dalam memasok broadband bagi warga sipil dan tentara Ukraina di garis depan perang.
Sebab Starlink menggunakan satelit untuk menghadirkan layanan internet berkecepatan tinggi kepada pengguna di darat. Sehingga aksesnya tidak terpengaruh meski terjadi serangan senjata dari kedua belah pihak yang berperang.
Namun peran Starlink dalam konflik masih menjadi perdebatan. Awal tahun ini terungkap bahwa CEO SpaceX Elon Musk menolak untuk mengaktifkan layanan tersebut ketika Ukraina memintanya sebelum rencana serangan terhadap angkatan laut Rusia.
"Jika saya menyetujui permintaan mereka, maka SpaceX akan secara eksplisit terlibat dalam tindakan besar perang dan eskalasi konflik," ujar Elon Musk.
(afr/afr)