Or Shoval, 29 tahun, adalah CEO sebuah startup teknologi asal Israel yang menggarap software untuk keperluan medis. Setelah berlibur di Mesir, ia sebenarnya berencana terbang ke Amerika Serikat untuk menghadiri sebuah konferensi kesehatan.
Namun setelah Hamas menyerang Israel pada Sabtu (7/10), Shoval kini menjadi tentara. Shoval, dan 360 ribu orang lain (sekitar 4% dari total populasi Israel) adalah tentara cadangan Israel yang dipanggil untuk perang menghadapi Hamas.
Bahkan di startupnya, ada sekitar 15% pegawai yang kini menjadi tentara. Namun bukan berarti startupnya berhenti beroperasi. Pasalnya startupnya punya klien dan investor yang berasal dari luar Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menyimpan senjata di kaki, memakai helm di kepala, dan memakai rompi (anti peluru), namun saya menunggu sekitar setengah jam...jadi saya bekerja selama setengah jam," kata Shoval dalam panggilan telepon, seperti dikutip detikINET dari Washington Post, Minggu (15/10/2023).
"Anda berperang, dan dua jam setelahnya berada dalam conference call dengan tim," tambahnya.
Shoval bukan satu-satunya orang yang bekerja di sektor teknologi yang kini menjadi tentara aktif. Ada ribuan pekerja teknologi, venture capital, dan pendiri startup yang menjadi tentara cadangan dan kini dipanggil untuk ikut berperang.
Bukan hal aneh, karena teknologi adalah sektor besar di Israel, sekitar seperlima dari pendapatan kotor Israel berasal dari sektor ini. Begitu juga dengan sejumlah perusahaan teknologi besar asal AS yang punya kantor besar di sana.
"Tak cuma laki-laki. Ada juga perempuan yang dipanggil (untuk berperang). Disrupsi ini ada di semua sektor," kata Eyal Bino, pendiri perusahaan venture capital 97212 Ventures.
Tentu tak semua industri teknologi mendukung perang Israel dengan Hamas. Pada Selasa (10/10) lalu, koalisi pekerja Amazon dan Google menekan perusahaannya itu untuk berhenti menjual teknologi ke pemerintah Israel lewat kerja sama Project Nimbus.
Mereka menyebut Amazon dan Google sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab dalam masalah di Jalur Gaza. Namun Amazon berkilah kalau Project Nimbus hanya berfokus pada memberikan keuntungan dari teknologi cloud Amazon ke para konsumennya, di mana pun mereka berada.
Seperti diketahui, semua warga Israel harus mengikuti wajib militer selepas lulus SMA. Kebanyakan di antaranya tetap menjadi tentara cadangan setelah menyelesaikan wajib militer.
Bahkan, banyak pendiri startup teknologi dan venture capitalist adalah lulusan divisi intelijen siber elit seperti Unit 8200. Namun banyak juga pekerja teknologi yang berasal dari unit infantri, yang artinya mereka akan berperang di garis depan.
(asj/fay)