Di bawah kota Gaza, Hamas memiliki markas berupa terowongan yang sangat panjang. Jika tentara Israel melakukan serangan darat ke sana, mereka dinilai akan menghadapi kesulitan besar dan ancaman maut di dalamnya. Terlebih, kecanggihan teknologi Israel dipandang takkan banyak membantu.
Saat konflik tahun 2021, militer Israel mengkaim telah menghancurkan terowongan bawah tanah itu sepanjang 100 kilometer. Tetapi Hamas ketika itu mengklaim terowongannya sepanjang 500 kilometer dan hanya 5% yang dihancurkan.
Sulit untuk mengetahui berapa persisnya panjang terowongan di Gaza dan apa saja yang ada di dalamnya. Konstruksinya dimulai sejak tahun 2005 saat Israel menarik tentaranya dari Gaza. Selain di Gaza, ada terowongan yang khusus digali untuk mencapai wilayah Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terowongan ini cenderung sederhana, artinya hampir tidak ada benteng pertahanan. Terowongan ini digali untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menyerang wilayah Israel," kata Dr Daphne Richemond Barak, pakar perang bawah tanah di Universitas Reichman yang dikutip detikINET dari BBC.
"Terowongan di dalam Gaza berbeda karena Hamas menggunakannya secara rutin. Terowongan ini mungkin lebih nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu lebih lama. Terowongan tersebut pastinya diperlengkapi untuk kehadiran lebih lama dan berkelanjutan," paparnya.
"Para pemimpin bersembunyi di sana, mereka memiliki pusat komando dan kendali, mereka menggunakannya untuk transportasi dan jalur komunikasi. Mereka dilengkapi listrik, penerangan, dan rel kereta api. Anda dapat lebih banyak bergerak dan berdiri," lanjutnya.
Dia mengatakan Hamas tampaknya telah menyempurnakan seni pembangunan terowongan dan peperangan dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengamati taktik pejuang pemberontak Suriah dan ISIS.
Keunggulan teknologi Israel dipandang tidak terlalu berguna untuk menghancurkan terowongan Hamas. Satelit tidak bisa memantau terowongan itu. Hamas kemungkinan juga sudah menyiapkan banyak jebakan jika ada tentara Israel yang memasukinya.
"Pertama-tama, Hamas punya banyak waktu untuk memasang jebakan di seluruh jaringan. Mereka bisa saja membiarkan tentara masuk ke dalam jaringan terowongan dan akhirnya meledakkan semuanya," kata Richmond.
"Mereka bisa menculik tentara dalam serangan mendadak. Dan kemudian Anda menghadapi risiko lain, kehabisan oksigen, melawan musuh dalam pertarungan satu lawan satu, dan menyelamatkan tentara yang terluka menjadi hal yang hampir mustahil," tambahnya.
Namun, pasukan Israel memiliki beberapa cara untuk mengurangi risiko tersebut. Menurut Colin Clarke, direktur penelitian di konsultan keamanan Soufan Group, misalnya dengan mengirimkan drone dan kendaraan tak berawak ke dalam terowongan untuk memetakannya dan mengidentifikasi jebakan.
Pesawat tempur juga bisa menjatuhkan bom penghancur bunker, yang menembus jauh ke dalam tanah sebelum meledak. Namun, hal tersebut akan menimbulkan risiko kerusakan tambahan karena padatnya medan perkotaan.
(fyk/afr)