.webp)
Kekhawatiran artificial intelligence (AI) bisa memiliki kesadaran telah menjadi pembahasan beberapa waktu terakhir. Meski sebagian pakar yakin AI tidak bakal jadi layaknya manusia, sebagian lainnya mengaku waspada dengan potensi yang dimiliki kecerdasan buatan.
Salah satu yang ramai dibicarakan adalah rumor ChatGPT chatbot milik OpenAI sudah mulai memiliki 'sentience' atau dapat merasa. Kendati demikian, disepakati banyak ilmuwan bahwa AI belum memiliki kesadaran seperti makhluk hidup.
Melansir Forbes, mari kita berandai-andai AI akhirnya memiliki kesadaran. Berikut ini tiga hal yang bisa terjadi jika AI sudah sentient.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pertimbangan legal
Ketika AI sudah memiliki kesadaran, hal yang menjadi pertimbangan pertama kali adalah soal urusan legal. Pertama, apakah AI akan memiliki hak dan kewajiban selayaknya manusia? Selanjutnya, apakah kita menganggapnya sebagai properti, entitas legal, atau entitas baru?
Kemudian, karena memiliki kesadaran, nampaknya perlu dibuat aturan sehingga AI tidak mengalami 'perilaku yang tidak adil' atau 'menyakiti'.
2. Implikasi sosial
Paling mudah adalah mengambil isu soal lapangan pekerjaan. Perlu dibuat aturan simbiosis mutualisme sehingga AI dan manusia dapat berkolaborasi dengan baik dalam suatu pekerjaan.
Lebih lanjut, diperlukan adaptasi dari manusia untuk membangun interaksi dengan AI. Kemungkinan besar, akan muncul norma-norma baru dan etika dalam membangun hubungan antar manusia dan teknologi AI.
3. Kemajuan teknologi
Ada dua dua sisi, positif dan negatif. Positifnya, AI akan bisa mengembangkan berbagai sektor industri menjadi lebih baik dan efisien. Contohnya adalah pembangunan sistem pelayanan kesehatan.
Negatifnya, kekhawatiran munculnya berita palsu hingga manipulasi sosial juga menjadi perhatian khusus soal kemajuan AI. Dari berbagai pemberitaan sebelumnya, AI beberapa kali mampu menuliskan berita disinformasi dengan narasi yang sebegitu meyakinkan.
(ask/ask)
